Secara harfiah, huruf kanji ma (間) tersusun dari simbol “pintu” dan “matahari,” menggambarkan cahaya yang masuk melalui celah pintu.
Makna ini tercermin dalam desain arsitektur tradisional Jepang, seperti ruang tatami yang sederhana dan rapi.
Barang-barang ditempatkan dengan hati-hati agar ruang kosong di sekitarnya tetap terasa penting.
Namun, ma bukan sekadar tentang gaya hidup minimalis atau rumah bersih.
Lebih dari itu, ma mengajarkan bagaimana kekosongan bisa menjadi bagian bermakna dari kehidupan.
Filosofi ma mengingatkan bahwa “ruang kosong” bukan hal yang harus dihindari, melainkan sesuatu yang perlu dihargai.
Dengan memberi ruang dalam pikiran, lingkungan, dan rutinitas, kita dapat menemukan ketenangan dan kesempatan bagi hal-hal yang benar-benar penting untuk tumbuh.
Melansir World Economic Forum, shoshin merupakan istilah dari Buddhisme Zen yang berarti beginner’s mind atau “pikiran seorang pemula.”
Konsep ini menekankan pentingnya mempertahankan rasa ingin tahu, keterbukaan, dan kesadaran diri seperti halnya seorang pemula yang melihat segala sesuatu tanpa prasangka.
Gagasan ini dipopulerkan oleh biksu Zen Shunryū Suzuki dalam bukunya Zen Mind, Beginner’s Mind.