Melalui prinsip perbaikan berkelanjutan, kaizen mendorong peningkatan kualitas produk dan layanan dengan mengidentifikasi serta menghilangkan sumber kesalahan.
Pendekatan ini juga meningkatkan produktivitas melalui penyederhanaan proses dan pengurangan aktivitas yang tidak efisien, sekaligus membantu menekan biaya operasional.
Tak kalah penting, kaizen turut memperkuat moral karyawan dengan memberikan rasa kepemilikan dan partisipasi aktif dalam setiap upaya perbaikan.

Melansir Harvard Medical School, ikigai mencakup empat elemen utama, yaitu passion (hal yang kita cintai), misi (hal yang dibutuhkan dunia), profesi (hal yang mampu kita kuasai), dan panggilan (hal yang memberikan imbalan atau penghargaan bagi kita).
Ketika seseorang berhasil menemukan titik temu diantara keempat elemen tersebut, ia dapat membangun kehidupan yang lebih seimbang, bermakna, dan terarah.
Dalam konteks profesional seperti bagi pendidik atau tenaga kesehatan, konsep ikigai dapat menjadi pedoman untuk meneguhkan kembali tujuan bekerja sekaligus memperkuat ketahanan mental.
Lebih dari sekadar filosofi hidup asal Jepang, ikigai menekankan pentingnya melakukan sesuatu yang kita sukai dan memberi manfaat bagi orang lain.
Konsep ini juga mengajarkan bahwa kepuasan batin dan penghargaan yang layak baik berupa penghasilan, waktu, maupun pengakuan merupakan bagian penting dari kehidupan yang bermakna.
Pada intinya, ikigai membantu individu menyadari nilai serta makna yang telah ada dalam peran sehari-hari, sekaligus menemukan arah baru ketika hidup terasa kehilangan tujuan.
Istilah Jepang shinrin-yoku atau “mandi hutan” mengajak kita berhenti sejenak dari rutinitas yang sibuk dan kembali terhubung dengan alam.