Ia menyarankan untuk memakai sepatu khusus musim dingin atau memasang alas anti-selip tambahan yang banyak dijual di toko-toko Jepang.
Sementara itu, Dedy memberikan saran praktis lain bagi pendatang.
Ia menyarankan untuk membawa satu jaket tebal dari Indonesia, lalu membeli satu lagi setelah tiba di Jepang, karena harga pakaian musim dingin di Jepang lebih terjangkau dan kualitasnya lebih sesuai dengan kondisi cuaca Hokkaido.
Bagi warga Hokkaido, menyekop salju adalah bagian dari kehidupan sehari-hari selama musim dingin.
“Kalau salju menumpuk di depan rumah dan tidak dibersihkan, orang tidak bisa lewat. Jadi setiap pagi, orang Jepang biasa menyekop salju di halaman atau jalanan depan rumah,” ucap Dedy.
Ia menambahkan bahwa aktivitas ini bisa sangat melelahkan.
“Selain dingin, tubuh cepat capek karena pakaian tebal dan berat. Tapi ini bagian dari rutinitas yang harus dijalani,” katanya.
Rafiq juga menyoroti sisi lain dari kehidupan saat musim dingin, yakni pola interaksi sosial masyarakat Jepang.
“Hari jadi cepat gelap, sekitar jam 4 sore kalo di Hokkaido sudah menjelang malam. Orang juga jadi lebih jarang keluar rumah,” jelasnya.
Meski begitu, ia menganggap semua ini sebagai proses adaptasi yang berharga.