Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Budaya Lokal

Apa Bedanya Matcha dan Green Tea? Ini Kata Ahli

Kompas.com - 10/11/2025, 19:04 WIB

OHAYOJEPANG - Di Jepang, teh hijau (green tea) dan matcha sudah menjadi bagian dari budaya yang sangat kuat. 

Namun, keduanya ternyata memiliki perbedaan mendasar baik dari sisi proses budidaya, pengolahan, hingga cita rasa. 

Seorang peneliti sekaligus dosen di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), Dase Hunaefi, menjelaskan berbagai aspek yang membedakan dua jenis teh tersebut berdasarkan pengalamannya selama penelitian dan pertukaran akademik di Jepang.

Baca Juga:

Apa Itu Matcha dan Kenapa Banyak Dicari di Seluruh Dunia?

Bukan Sekadar Teh! Ini Manfaat Matcha Jepang untuk Kinerja Otak

Proses Budidaya dan Pengolahan yang Berbeda

Menurut Dase, perbedaan utama matcha dan green tea dimulai dari proses budidayanya. 

Daun teh untuk matcha biasanya ditanam dengan sistem shading atau peneduhan, yaitu dengan menutup tanaman teh menggunakan jerami atau bahan pelindung lain. 

Tujuannya untuk mengurangi paparan sinar matahari langsung agar rasa pahit pada daun teh tidak terlalu kuat. 

Shading dilakukan agar rasa matcha lebih mild dan muncul cita rasa seperti rumput laut atau seaweed note,” jelas Dase saat diwawancarai oleh Ohayo Jepang, Sabtu (8/11/2025).

Sementara itu, daun teh untuk green tea ditanam langsung di bawah sinar matahari. 

Kondisi ini memicu pembentukan metabolit seperti polifenol, senyawa yang berperan penting dalam aktivitas antioksidan. 

Akibatnya, green tea memiliki rasa yang sedikit lebih pahit dibanding matcha.

Perbedaan juga muncul dalam bentuk akhir produk. 

Matcha diolah menjadi bubuk halus sehingga seluruh bagian daun ikut dikonsumsi.

Sementara itu, green tea umumnya diseduh dalam bentuk daun kering (loose leaf). 

“Karena matcha berbentuk bubuk, interaksi dengan air panas lebih intens, sehingga kandungan antioksidannya lebih tinggi dibanding green tea,” ucapnya.

Selain itu, proses pengolahan matcha lebih ketat. 

Tangkai daun dan ruas-ruas kecil harus dipisahkan agar hasilnya lebih halus. 

Proses penggilingan pun dilakukan perlahan menggunakan alat tradisional berbentuk batu yang berputar pelan untuk menjaga tekstur dan aroma teh.

Karakter Rasa dan Tekstur yang Membedakan

Sebuah set teh yang terdiri dari teko dan dua cangkir teh hijau.
Sebuah set teh yang terdiri dari teko dan dua cangkir teh hijau.

Dase mengatakan bahwa rasa matcha cenderung lebih lembut dengan aftertaste yang creamy serta memiliki karakter umami yang kuat. 

Sementara green tea terasa lebih ringan karena hanya menghasilkan ekstraksi dari daun teh tanpa seluruh bagian daun ikut larut. 

“Kalau bagi panelis Indonesia, mendeteksi rasa umami pada green tea mungkin agak sulit, sementara pada matcha rasa gurihnya lebih jelas,” katanya.

Selain tekstur, aroma juga menjadi pembeda penting. 

Matcha memiliki aroma khas menyerupai rumput laut, sedangkan green tea lebih segar dan ringan. 

Perbedaan ini disebabkan oleh teknik shading pada matcha dan paparan sinar matahari langsung pada green tea.

Proses shading sendiri dilakukan terus-menerus, karena pohon teh dipanen rutin setiap dua bulan. 

Peneduhan dapat menggunakan jerami tradisional atau bahan modern seperti plastik, meskipun cara tradisional masih dianggap menghasilkan kualitas terbaik.

Kandungan Antioksidan Matcha

Secara ilmiah, Dase membenarkan bahwa kandungan antioksidan pada matcha cenderung lebih tinggi dibanding green tea.

Hal ini bukan semata karena jenis daun teh yang digunakan, tetapi karena bentuk matcha yang berupa bubuk membuat senyawa bioaktif lebih mudah terekstraksi. 

“Jika dihitung per gram daun teh, sebenarnya kandungan antioksidannya bisa sebanding. Namun pada matcha, ekstraksinya lebih banyak karena bentuknya bubuk,” jelas Dase.

Ia juga mengingatkan bahwa efek kesehatan matcha bisa berkurang jika dicampur dengan gula berlebih. 

“Yang sering kali membuat tidak sehat justru gulanya, bukan teh-nya,” ujarnya.

Menurut Dase, matcha dan green tea sebaiknya dikonsumsi tanpa tambahan pemanis agar manfaatnya lebih optimal.

Budaya Minum Teh di Indonesia Mulai Berkembang

Dase menilai, masyarakat Indonesia memiliki budaya teh yang berbeda dengan Jepang. 

Di Indonesia, teh lebih sering dikonsumsi sebagai minuman sehari-hari, bukan bagian dari seremoni. 

Namun, ia melihat tren positif, terutama di kalangan generasi muda. 

“Sekarang banyak anak muda mulai tertarik dengan teh, bahkan bersaing dengan kopi. Jenis matcha dan green tea juga semakin populer,” ucapnya.

Menurutnya, tren ini menunjukkan bahwa budaya teh di Indonesia sedang berkembang. 

Teh tidak lagi identik hanya dengan minuman orang tua, tetapi juga digemari generasi muda karena dianggap lebih ringan dan menenangkan.

Kebun teh Sidamanik lokasi di Siantar, Sumatera Utara.
Kebun teh Sidamanik lokasi di Siantar, Sumatera Utara.

Potensi Pengembangan Matcha Lokal

Terkait kemungkinan pengembangan matcha versi Indonesia, Dase menilai hal tersebut sangat mungkin dilakukan. 

Beberapa produsen lokal sudah mulai membuat green tea powder meski belum memenuhi standar matcha Jepang. 

“Kalau mau disebut matcha, harus mengikuti proses seperti shading dan pemisahan tangkai daun. Tapi siapa tahu karakter tanah Indonesia justru menghasilkan matcha dengan cita rasa yang berbeda, mungkin malah lebih baik,” jelasnya.

Ia menambahkan, pengembangan teh di Indonesia perlu dibarengi dengan perlindungan lahan perkebunan. 

Banyak area teh yang kini beralih fungsi menjadi kawasan perumahan atau komersial. 

“Lahan teh sebaiknya tetap dipertahankan, bukan hanya untuk rekreasi, tapi juga untuk menjaga keberlanjutan produksi teh kita,” katanya.

Selain faktor lahan, iklim juga berpengaruh terhadap kualitas teh. 

Dase menjelaskan bahwa teh terbaik umumnya tumbuh di daerah dataran tinggi dengan paparan ultraviolet yang lebih rendah. 

“Kalau di Indonesia, kondisi ini sebenarnya bisa menjadi shading alami yang membantu pembentukan cita rasa teh tanpa harus meniru seluruh proses di Jepang,” tutup Dase.

Dengan karakter tanah, iklim, dan kekayaan varietas teh lokal, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan produk teh berkualitas tinggi, termasuk matcha versi nusantara di masa depan.

(PENULIS: KOMPAS.COM/PITRI NOVIYANTI)

Halaman:
Editor : Ni Luh Made Pertiwi F

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.