Sementara green tea terasa lebih ringan karena hanya menghasilkan ekstraksi dari daun teh tanpa seluruh bagian daun ikut larut.
“Kalau bagi panelis Indonesia, mendeteksi rasa umami pada green tea mungkin agak sulit, sementara pada matcha rasa gurihnya lebih jelas,” katanya.
Selain tekstur, aroma juga menjadi pembeda penting.
Matcha memiliki aroma khas menyerupai rumput laut, sedangkan green tea lebih segar dan ringan.
Perbedaan ini disebabkan oleh teknik shading pada matcha dan paparan sinar matahari langsung pada green tea.
Proses shading sendiri dilakukan terus-menerus, karena pohon teh dipanen rutin setiap dua bulan.
Peneduhan dapat menggunakan jerami tradisional atau bahan modern seperti plastik, meskipun cara tradisional masih dianggap menghasilkan kualitas terbaik.
Secara ilmiah, Dase membenarkan bahwa kandungan antioksidan pada matcha cenderung lebih tinggi dibanding green tea.
Hal ini bukan semata karena jenis daun teh yang digunakan, tetapi karena bentuk matcha yang berupa bubuk membuat senyawa bioaktif lebih mudah terekstraksi.
“Jika dihitung per gram daun teh, sebenarnya kandungan antioksidannya bisa sebanding. Namun pada matcha, ekstraksinya lebih banyak karena bentuknya bubuk,” jelas Dase.