Ia juga mengingatkan bahwa efek kesehatan matcha bisa berkurang jika dicampur dengan gula berlebih.
“Yang sering kali membuat tidak sehat justru gulanya, bukan teh-nya,” ujarnya.
Menurut Dase, matcha dan green tea sebaiknya dikonsumsi tanpa tambahan pemanis agar manfaatnya lebih optimal.
Dase menilai, masyarakat Indonesia memiliki budaya teh yang berbeda dengan Jepang.
Di Indonesia, teh lebih sering dikonsumsi sebagai minuman sehari-hari, bukan bagian dari seremoni.
Namun, ia melihat tren positif, terutama di kalangan generasi muda.
“Sekarang banyak anak muda mulai tertarik dengan teh, bahkan bersaing dengan kopi. Jenis matcha dan green tea juga semakin populer,” ucapnya.
Menurutnya, tren ini menunjukkan bahwa budaya teh di Indonesia sedang berkembang.
Teh tidak lagi identik hanya dengan minuman orang tua, tetapi juga digemari generasi muda karena dianggap lebih ringan dan menenangkan.

Terkait kemungkinan pengembangan matcha versi Indonesia, Dase menilai hal tersebut sangat mungkin dilakukan.