Beberapa produsen lokal sudah mulai membuat green tea powder meski belum memenuhi standar matcha Jepang.
“Kalau mau disebut matcha, harus mengikuti proses seperti shading dan pemisahan tangkai daun. Tapi siapa tahu karakter tanah Indonesia justru menghasilkan matcha dengan cita rasa yang berbeda, mungkin malah lebih baik,” jelasnya.
Ia menambahkan, pengembangan teh di Indonesia perlu dibarengi dengan perlindungan lahan perkebunan.
Banyak area teh yang kini beralih fungsi menjadi kawasan perumahan atau komersial.
“Lahan teh sebaiknya tetap dipertahankan, bukan hanya untuk rekreasi, tapi juga untuk menjaga keberlanjutan produksi teh kita,” katanya.
Selain faktor lahan, iklim juga berpengaruh terhadap kualitas teh.
Dase menjelaskan bahwa teh terbaik umumnya tumbuh di daerah dataran tinggi dengan paparan ultraviolet yang lebih rendah.
“Kalau di Indonesia, kondisi ini sebenarnya bisa menjadi shading alami yang membantu pembentukan cita rasa teh tanpa harus meniru seluruh proses di Jepang,” tutup Dase.
Dengan karakter tanah, iklim, dan kekayaan varietas teh lokal, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan produk teh berkualitas tinggi, termasuk matcha versi nusantara di masa depan.
(PENULIS: KOMPAS.COM/PITRI NOVIYANTI)