“Panelis Jepang mengenali rasa umami yang khas, padahal perlakuannya sama dengan yang kami lakukan di Indonesia, dan hal ini menarik karena menunjukkan bahwa persepsi rasa juga dipengaruhi oleh budaya serta kebiasaan mengonsumsi teh,” kata Dase.
Menurut hasil observasi, teh putih memiliki karakter rasa yang lebih ringan dan lembut dibandingkan green tea atau teh hijau pada umumnya.
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah silver needle white tea, yaitu teh yang diolah hanya dari pucuk termuda daun teh dan memiliki bulu-bulu putih halus di daunnya.
Karena hanya menggunakan bagian daun paling muda, jenis ini menjadi teh putih dengan kualitas tertinggi sekaligus harga paling mahal.
Selain silver needle, terdapat pula kelas lain seperti noble beauty serta white peony.
Namun, penelitian kali ini menggunakan teh kelas utama untuk menjaga kemurnian karakter sensori dan kualitas antioksidannya.

Proses pembuatan teh putih menekankan pada dua hal penting, yakni pemilihan pucuk daun dan teknik pengeringan.
Pucuk yang digunakan harus benar-benar muda dan masih memiliki bulu-bulu halus berwarna putih.
Setelah pemetikan, proses pengeringan dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak kandungan polifenol di dalam daun.
Suhu pengeringan menjadi faktor penentu utama terlalu panas dapat menurunkan kualitas senyawa aktif dalam teh.