Menurutnya, teh putih belum begitu populer di Jepang karena masyarakat setempat lebih akrab dengan matcha dan green tea.
Hal itu menjadi kesempatan baginya untuk menunjukkan bahwa Indonesia memiliki teh dengan karakter yang berbeda.
Kelima teh putih tersebut sebelumnya juga telah diekspor ke beberapa negara.
Namun, di Indonesia sendiri, teh putih termasuk produk yang jarang ditemukan dan memiliki harga relatif mahal.
Hal ini disebabkan karena bahan baku teh putih diambil dari pucuk daun paling muda, yang belum membentuk klorofil dan masih memiliki bulu-bulu putih halus.
Sebelum keberangkatan ke Jepang, seluruh bahan penelitian telah melalui proses perizinan yang ketat.
IPB memastikan pengiriman sampel teh dilakukan sesuai dengan aturan Material Transfer Agreement (MTA) dan pengaturan hak publikasi agar tetap sesuai etika penelitian.

Selama penelitian di Jepang, teh putih Indonesia diuji secara sensori oleh panelis dari dua negara, yakni Indonesia dan Jepang.
Hasilnya menunjukkan adanya perbedaan persepsi rasa antara kedua kelompok.
Panelis di Jepang mengenali cita rasa umami atau gurih dalam teh putih tersebut, sedangkan panelis di Indonesia tidak menemukan karakter serupa.