Ia juga menyebutkan bahwa banyak siswa SIT yang justru baru mengenal budaya Indonesia setelah tinggal di Jepang.
Menurutnya, hal itu menunjukkan bahwa kegiatan seni di luar negeri bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya sendiri.
Arin juga mengakui adanya tantangan menjaga keotentikan tradisi di tengah pengaruh budaya luar seperti K-pop, lagu Barat, dan anime Jepang.
Namun, ia berupaya menumbuhkan kedekatan dengan anak-anak agar mereka tetap merasa memiliki budaya Indonesia.
“Ketika latihan itu benar-benar diperhatikan anak per anak ya, jadi mereka itu merasa diakui keberadaannya,” jelas Arin.
Ia percaya bahwa dengan pendekatan personal, anak-anak akan tetap tertarik meskipun budaya populer begitu kuat di sekitar mereka.
Bagi Arin, pengalaman tampil di IJFF bukan sekadar kegiatan sekolah, melainkan bentuk nyata diplomasi budaya Indonesia di Jepang.
Ia berharap anak-anak Indonesia di Tokyo tumbuh dengan rasa bangga terhadap budaya sendiri dan terus mengenalkannya ke dunia.
“Saya ingin mereka tahu bahwa budaya kita indah dan lewat angklung mereka bisa mengenalkannya ke dunia,” tutup Arin.