Karena itu, ia mengadakan sesi khusus selama satu jam penuh untuk berbicara dalam bahasa Jepang dan menekankan bahwa kesalahan bukan masalah selama peserta berani mencoba berbicara.
Selain itu, Nabil menyediakan sesi konsultasi pribadi setelah jam pelatihan.
“Biasanya peserta kehilangan motivasi karena nilai yang rendah atau masalah pribadi, jadi kami para pengajar selalu menyediakan waktu konsultasi setiap hari setelah pukul empat sore,” ujarnya.
Dalam sesi tersebut; para pengajar mendengarkan berbagai keluhan peserta, mulai dari masalah keluarga, hubungan pribadi, hingga kesulitan belajar.
Mereka berupaya memahami kondisi setiap murid agar dapat memberikan dukungan yang sesuai.
Perubahan peserta setelah menjalani pelatihan di LPK Fujisan dinilai sangat signifikan.
Menurut Taufik, kehidupan peserta berubah sekitar 60 persen, baik dalam hal kebiasaan maupun etos kerja.
“Karena kami menyiapkan siswa untuk bekerja di negara maju, jadi tidak bisa membawa kebiasaan lama dari Indonesia ke sana,” kata Taufik.
Nabil juga melihat perkembangan yang nyata dari sisi keberanian dan kemandirian peserta.
“Saya punya murid yang awalnya pemalu dan tidak bisa bahasa Jepang sama sekali, tapi dia belajar sendiri lewat aplikasi dan ngobrol dengan orang Jepang di internet sampai akhirnya lancar dan percaya diri,” ucap Nabil.