Seleksi diadakan secara ketat mulai dari dokumen, wawancara, hingga pemeriksaan medis ganda sebelum keberangkatan.
Pandangan serupa disampaikan oleh Direktur LPK Hiro Karanganyar, Bowo Kristianto.
Ia menjelaskan bahwa lembaganya menetapkan standar kemampuan bahasa Jepang yang cukup tinggi bagi setiap peserta pelatihan.
“Kami tidak akan memberangkatkan peserta yang belum mencapai level bahasa minimal N5, walaupun sudah diterima perusahaan tetap tidak bisa berangkat kalau belum lulus,” ucap Bowo saat diwawancarai oleh Ohayo Jepang melalui WhatsApp pada Senin (20/10/2025).
Selain kemampuan bahasa, karakter peserta menjadi faktor penentu.
Setiap bulan dilakukan evaluasi, dan mereka yang tidak memenuhi kriteria baik secara akademik maupun sikap akan dikeluarkan dari program.
Menurut Bowo, langkah ini penting untuk menjaga kepercayaan dari pihak Jepang.
LPK-SO bekerja sama dengan pihak penerima di Jepang melalui kumiai, yaitu asosiasi pengawas yang menaungi sejumlah perusahaan Jepang.
Dari kumiai inilah lembaga di Indonesia menerima job order untuk diterjemahkan dan disesuaikan dengan minat peserta.
“Biasanya bidang yang diminati peserta laki-laki itu manufaktur dan pabrik, sementara peserta perempuan cenderung memilih pengolahan makanan atau pertanian seperti panen stroberi,” kata Anggy.