OHAYOJEPANG - Jepang dikenal sebagai salah satu negara dengan angka harapan hidup tertinggi di dunia.
Fenomena umur panjang masyarakatnya sudah lama menjadi perhatian global, terutama karena konsistensi mereka dalam menjaga kesehatan, pola hidup, hingga struktur sosial.
Data terbaru semakin memperkuat posisi Jepang sebagai negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia.
Baca Juga:
Melansir Kyodo News (12/9/ 2025); Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang mengumumkan bahwa jumlah warga berusia 100 tahun ke atas telah mencapai 99.763 orang.
Angka ini meningkat sebanyak 4.644 orang dibandingkan tahun sebelumnya, berdasarkan data per 15 September.
Dari total tersebut, sekitar 88 persen merupakan perempuan, yang menunjukkan bahwa perempuan masih mendominasi kelompok usia lanjut di Jepang.
Saat ini, perempuan tertua di Jepang adalah Shigeko Kagawa, berusia 114 tahun dan tinggal di Prefektur Nara.
Sementara, laki-laki tertua adalah Kiyotaka Mizuno, berusia 111 tahun dari Prefektur Shizuoka.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa umur panjang masyarakat Jepang bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja.
Banyaknya jumlah orang berusia 100 tahun lebih mencerminkan bahwa kebiasaan hidup, budaya, dan cara mereka membangun hubungan sosial punya peran besar dalam menjaga kesehatan dan memperpanjang usia.
Melansir jurnal "Major Causes of the Rapid Longevity Extension in Postwar Japan" (2011) karya Shiro Horiuchi, berikut beberapa faktor yang membuat orang Jepang berumur panjang:
Pertumbuhan ekonomi Jepang yang membaik meningkatkan standar hidup, akses kesehatan, gizi, pendidikan, dan perumahan, yang berkontribusi besar pada turunnya angka kematian orang tua.
Di Jepang, penurunan penyakit menular dan penyakit degeneratif terjadi hampir bersamaan pada abad ke-20.
Kombinasi ini membuat angka harapan hidup mereka meningkat lebih cepat dibanding negara lain.
Masyarakat Jepang terbiasa dengan pola makan yang banyak mengonsumsi sayuran, ikan, dan kedelai, serta rendah kalori dan lemak hewani.
Kebiasaan ini membantu menurunkan risiko penyakit jantung, obesitas, hingga sindrom metabolik, sehingga menjadi salah satu keunggulan mereka di era modern.
Sejak zaman Tokugawa, masyarakat Jepang sudah terbiasa menjaga kebersihan, mandi secara rutin, memiliki sistem sanitasi yang baik, serta membaca buku kesehatan populer seperti Yojokun.
Orang Jepang diketahui memiliki frekuensi rendah gen Apolipoprotein e4, yaitu gen yang berhubungan dengan risiko Alzheimer dan penyakit jantung.
Faktor genetik ini ikut berperan dalam rendahnya kasus penyakit kronis pada usia lanjut di Jepang.
Di Jepang, kesenjangan pendapatan lebih kecil dibandingkan dengan negara maju lainnya.
Hal ini membuat akses terhadap layanan kesehatan lebih merata, sehingga masyarakat dapat sama-sama merasakan standar kesehatan yang baik.
Struktur sosial & psikososial masyarakat Jepang lebih setara sehingga tingkat stres sosial jadi rendah.
Hal ini membuat kesehatan mental mereka lebih terjaga dibanding negara dengan kesenjangan besar.
Kesenjangan kesehatan antara orang kaya dan miskin di Jepang tidak terlalu besar dibandingkan dengan negara Barat.
Jepang dikenal sebagai masyarakat dengan struktur 'vertikal', tetapi hubungan antara strata sosial tetap berjalan aktif.
Hal ini menciptakan rasa kedekatan, saling menghargai, dan mendukung kesehatan mental.
Walau status sosial rendah, orang Jepang tetap merasa dihargai dalam komunitas.
Perasaan memiliki, harga diri yang terjaga, dan sikap positif membantu mereka menjaga gaya hidup sehat dan memanfaatkan layanan medis lebih baik.
Selain sepuluh faktor di atas, menurut anggota tim peneliti Studi Centenarian Okinawa, Dr. Bradley Willcox, terdapat beberapa rahasia panjang umur dan hidup sehat ala orang Okinawa.
Orang Okinawa menerapkan prinsip hara hachi bu makan sampai 80 persen kenyang dan banyak bergerak.
Makanan mereka berbasis nabati, rendah kalori, dan kaya antioksidan dari sayur, buah, serta ubi manis.
Mereka hidup dengan sikap ceria, santai, dan penuh rasa syukur.
Setiap orang punya ikigai atau tujuan hidup yang membuat hari-harinya berarti, seperti keluarga, pekerjaan, atau hobi.
Dalam budaya Okinawa, tidak ada kata “pensiun” mereka terus melakukan hal yang disukai sampai tua.
Kegiatan ini membuat tubuh dan pikiran tetap sehat serta menekan biaya kesehatan.
Orang Okinawa punya komunitas bernama moai tempat mereka berkumpul, mengobrol, dan saling mendukung.
Kebersamaan ini terbukti membuat mereka lebih bahagia, sehat, dan hidup lebih lama.
Mereka menjalani hidup dengan tempo lambat dan tidak mudah panik.
Selain itu, gen FOXO3A yang dimiliki sebagian besar orang Okinawa membantu mereka lebih tahan terhadap stres dan penyakit.
Spiritualitas menjadi bagian penting dalam hidup mereka, diwujudkan lewat doa dan penghormatan kepada leluhur.
Perempuan sering memimpin upacara di hutan suci, mencerminkan harmoni antara manusia, alam, dan kehidupan.
Berbagai faktor di atas berhasil dijalankan dengan baik, sehingga masyarakat Jepang bisa menikmati usia panjang.
Tak mengherankan jika Jepang menjadi panutan dunia dalam hal harapan hidup dan kualitas kesehatan.
Sumber:
(PENULIS: KOMPAS.COM/PITRI NOVIYANTI)