OHAYOJEPANG - Beberapa agensi perjalanan besar di China menghentikan penjualan perjalanan ke Jepang setelah pemerintah China mengimbau warganya untuk menghindari perjalanan ke negara tersebut.
Imbauan itu muncul pada pekan lalu ketika hubungan kedua negara memanas akibat pernyataan Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, mengenai kemungkinan respons Jepang terhadap situasi darurat di Taiwan.
Melansir Kyodo News (17/11/2025), ketegangan politik tersebut berdampak pada sektor pariwisata karena wisatawan China memegang peranan besar dalam total kunjungan asing ke Jepang.
Situasi ini juga menimbulkan kekhawatiran industri perjalanan terhadap dampak jangka pendek dan panjang bagi arus wisata kedua negara.
Beberapa sumber industri menyebut bahwa agensi-agensi besar di China mulai menghentikan penjualan paket wisata sejak Minggu.
Baca juga:
Sebuah agensi perjalanan milik negara di Beijing menghentikan pengaturan tur pribadi dan grup ke Jepang.
Agensi tersebut juga menghentikan layanan pengajuan visa dan menjanjikan pengembalian dana penuh bagi pelanggan yang sudah membeli paket wisata.
Situs resmi agensi itu tidak lagi menampilkan hasil pencarian saat pengguna memasukkan kata kunci “Japan” atau “Tokyo.”
Sebuah perusahaan wisata swasta di Beijing juga menghentikan penerimaan pelanggan baru untuk perjalanan ke Jepang.
Keputusan ini menunjukkan bahwa industri perjalanan merespons cepat dinamika politik antara China dan Jepang.
Jepang menerima sekitar 31,65 juta wisatawan asing antara Januari dan September tahun ini.
Sekitar 7,49 juta di antaranya berasal dari China dan jumlah tersebut naik 42,7 persen dari tahun sebelumnya serta menjadi yang tertinggi berdasarkan negara atau wilayah.
Data pemerintah Jepang menunjukkan bahwa sekitar 6,98 juta warga China melakukan perjalanan ke Jepang pada 2024.
Maskapai besar China menawarkan pembatalan atau perubahan jadwal penerbangan menuju Jepang tanpa biaya tambahan satu hari setelah imbauan perjalanan dikeluarkan.
Kementerian Luar Negeri China menyebut pernyataan pemimpin Jepang bersifat “provokatif” dan menilai situasi itu meningkatkan risiko keselamatan bagi warga China di Jepang.
Beberapa warga China merasa kecewa dan meragukan penilaian pemerintah mengenai kondisi keselamatan di Jepang.
Banyak calon pelancong tetap mengantre di konter maskapai di sebuah bandara di Beijing pada akhir pekan.
“Saya sudah merencanakan perjalanan ke Jepang setengah tahun lalu dan tidak bisa mengubahnya begitu saja,” ujar seorang pria yang berencana memancing di Jepang.
“Saya percaya Jepang itu sangat aman,” kata seorang pria berusia 40-an yang bekerja di perusahaan teknologi.
“Saya tidak peduli dengan rekomendasi pemerintah,” ucap seorang perempuan berusia 50-an yang tinggal di Jepang.
Jepang tetap menjadi salah satu tujuan populer bagi wisatawan China, berdampingan dengan Korea Selatan, Thailand, dan Malaysia.
Konsumsi wisatawan China mencapai sekitar 590 miliar yen pada periode Juli hingga September dan menjadi yang tertinggi berdasarkan negara atau wilayah menurut data Japan Tourism Agency.
© Kyodo News