OHAYOJEPANG - Lumut memegang peranan penting dalam seni bonsai di Jepang.
Keberadaannya di permukaan tanah tidak hanya memperhalus tampilan, tetapi juga membantu menyatukan seluruh elemen bonsai sehingga terasa lebih utuh dan alami.
Tradisi Jepang telah lama memanfaatkan lumut dalam taman-taman mereka.
Dalam konteks bonsai, lumut menjadi jembatan yang menghubungkan pohon mini dengan “lanskap” kecil yang ingin diwujudkan.
Baca Juga:
● Kaktus Pir Berduri Jadi Superfood Baru di Jepang, Tahan Hujan dan Kaya Nutrisi
● Menikmati Keindahan Bunga Musim Gugur di Jepang, dari Krisan hingga Kosmos
Melansir Japan House, bonsai merupakan hasil ketekunan manusia yang dirawat secara rutin.
Proses kreatif itu bertujuan merepresentasikan pemandangan alam dalam ruang yang sangat terbatas.
Berbagai elemen pada bonsai memang berperan menjadi daya tariknya, namun keberadaan lumut menjadi unsur yang paling menonjol dalam menegaskan keterkaitannya dengan tradisi estetika Jepang.
Lumut membuat tampilan bonsai terasa lebih menyatu dengan nilai harmoni dan keindahan yang dijunjung dalam budaya tersebut.
Lumut memberikan nuansa lembut pada permukaan bonsai dan kerap dipilih sebagai pelengkap visual, terutama ketika bonsai dipamerkan.
Melansir Bonsai Empire, lumut bukan hanya mempercantik, tetapi juga membantu menjaga kelembapan tanah serta melindunginya dari burung yang mencoba mengais permukaan untuk mencari serangga.

Di Jepang, penggunaan lumut telah menjadi tradisi panjang dalam taman-taman klasik, bahkan sampai melahirkan konsep “taman lumut” yang menonjolkan keindahan tanaman ini.
Meski lumut dapat ditemukan di berbagai tempat, tidak semua jenis cocok digunakan untuk bonsai.
Ada jenis lumut yang tumbuh terlalu cepat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan bonsai.
Karena itu, lumut yang hanya menutup permukaan tanah tanpa berkembang agresif dianggap paling tepat.
Karakter lumut cukup khas karena ia menyukai area yang teduh dan lembap, misalnya di batang pohon atau tepi sungai.
Ia juga cenderung tumbuh di lokasi yang dipilihnya sendiri, bukan di tempat yang ditentukan manusia.
Untuk menciptakan hamparan lumut yang rapi, dibutuhkan perawatan yang teliti dan konsisten.
Keberadaan lumut menghadirkan suasana damai sekaligus mengajak mereka lebih peka pada kehalusan detail di lingkungan sekitar.
Di Jepang, lumut memiliki tempat istimewa dalam tradisi estetika yang telah berkembang lebih dari seribu tahun.
Melansir Garden Design, para biksu Zen sejak lama memasukkan deskripsi tentang lumut dalam catatan mereka mengenai lanskap kuil.
Seiring waktu, keberadaan lumut meresap ke kehidupan modern dan kini mudah ditemui di halaman rumah, taman kecil, atau area sempit di perkotaan.
Ia muncul di sela batu pijakan, di sepanjang tepi pagar, dan berperan sebagai penghubung visual antara bonsai dan tanaman lain.
Meskipun berada di ruang yang terbatas, lumut tetap mampu menyatukan berbagai komponen taman sehingga tampil lebih padu.
Kehadirannya memberi alur yang halus antara tanah, batu, dan tanaman, serta memperkuat nuansa alami yang menjadi inti dari estetika bonsai.
Berkat peran tersebut, lumut tidak lagi sekadar pelengkap.
Lumut berubah menjadi bahasa visual yang memperkaya pengalaman menikmati bonsai dan lanskap taman Jepang secara menyeluruh.
Sumber:
● Japan House (https://www.bonsaiempire.com/basics/styling/bonsai-moss)
● Bonsai Empire (https://www.japanhouse.jp/en/stories/15-bonsai.html)
● Garden Design (https://www.gardendesign.com/japanese/moss.html)
(PENULIS: KOMPAS.COM/PITRI NOVIYANTI)