Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Worklife

Mengenal Shukatsu, Tradisi Job Hunting Mahasiswa di Jepang

Kompas.com - 11/11/2025, 11:08 WIB

OHAYOJEPANG - Di Jepang, proses pencarian kerja bagi mahasiswa perguruan tinggi dikenal dengan sebutan shūkatsu. 

Tradisi ini sudah berlangsung lama dan menjadi bagian penting dari kehidupan mahasiswa menjelang kelulusan. 

Meski kerap dikritik karena dianggap terlalu terstruktur dan penuh tekanan, sistem ini tetap dipertahankan karena dinilai memiliki manfaat tertentu bagi perusahaan maupun pencari kerja.

Di Jepang, proses mencari kerja bagi mahasiswa dikenal dengan istilah “shūkatsu”.

Shukatsu berlangsung dengan sistem yang cukup terkoordinasi. 

Melansir AOTS, setiap tahunnya Keidanren (Federasi Bisnis Jepang) mengeluarkan pedoman perekrutan yang dijadikan acuan oleh banyak perusahaan besar di dalam negeri.

Baca Juga: 

Tradisi ini memiliki sejarah yang panjang dan jadwalnya beberapa kali mengalami perubahan, bahkan sempat dihapus. 

Meskipun demikian, shūkatsu tetap bertahan karena dianggap membawa lebih banyak manfaat daripada kerugian.

Pada Oktober 2018, Keidanren memutuskan untuk tidak lagi mengatur dan mengawasi pedoman tersebut. 

Sejak itu, pemerintah mengambil alih peran tersebut untuk mahasiswa yang lulus mulai Maret 2021 dan seterusnya. 

Tahun akademik di Jepang dimulai pada April dan berakhir pada Maret. 

Sebagian besar mahasiswa mulai melakukan kegiatan pencarian kerja pada pertengahan tahun ketiga kuliah, dan menyelesaikannya di pertengahan tahun keempat.

Tahapan dan Proses Shūkatsu

Proses resmi shūkatsu saat ini berjalan melalui beberapa tahap. 

Pertama, pada akhir tahun ketiga atau sekitar bulan Maret, perusahaan diperbolehkan mengadakan sesi pengarahan tentang profil bisnis dan rencana perekrutan. 

Kedua, pada bulan Juni tahun keempat, mereka dapat memulai seleksi pelamar, termasuk wawancara kerja.

Setelah proses wawancara ini, perusahaan biasanya memberikan janji kerja tidak resmi yang disebut “naitei.” 

Kemudian, pada awal Oktober, banyak perusahaan mengadakan upacara bagi mahasiswa yang telah menerima naitei

Jika mahasiswa tersebut lulus tepat waktu di akhir tahun keempat, mereka mulai bekerja bersama pada bulan April, terlepas dari kapan mereka menerima naitei.

Tantangan dan Penyesuaian Jadwal Shūkatsu bagi Mahasiswa

Melansir nippon.com, setiap tahun Keidanren menetapkan jadwal perekrutan bagi para mahasiswa yang akan lulus, terutama di perusahaan besar anggotanya. 

Sebelumnya, perusahaan bisa melakukan promosi perekrutan, termasuk mengadakan pertemuan penjelasan bagi mahasiswa. 

Mereka juga dapat menerima lamaran jauh sebelum mahasiswa benar-benar siap, bahkan saat kegiatan akademik masih berlangsung. 

Wawancara pun sering dimulai saat semester berjalan, sehingga mengganggu fokus belajar mahasiswa tingkat akhir.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah bersama dunia usaha menetapkan pedoman baru yang menyesuaikan waktu promosi dan wawancara agar tidak mengganggu kegiatan akademik. 

Meski begitu, tantangan tetap muncul karena perusahaan asing atau perusahaan kecil yang tidak terikat pedoman ini dapat memulai perekrutan lebih awal. 

Akibatnya, beberapa mahasiswa berbakat direkrut lebih dulu oleh pihak tersebut, sementara perusahaan besar harus bersaing lebih keras untuk mendapatkan kandidat sesuai kebutuhan mereka.

Pada akhirnya, meski jadwal shūkatsu telah diatur sedemikian rupa, setiap sistem memiliki kekurangan tersendiri. 

Hal ini menjadi konsekuensi alami dari praktik perekrutan serentak yang telah menjadi tradisi di Jepang, di mana koordinasi antara universitas, mahasiswa, dan dunia usaha harus terus disesuaikan agar lebih efektif.

Shūkatsu dalam Makna yang Berbeda

Menariknya, istilah shūkatsu tidak hanya digunakan dalam konteks pencarian kerja. 

Melansir The Japan News, istilah ini juga berarti “end-of-life planning”, atau perencanaan menjelang akhir hayat. 

Selama ini, maknanya sering dikaitkan dengan aktivitas orang lanjut usia, seperti menyiapkan pengelolaan barang-barang pribadi setelah meninggal dunia.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, istilah ini mulai dipahami secara berbeda oleh generasi muda. 

Mereka melihatnya bukan hanya sebagai persiapan menghadapi akhir hidup, tetapi juga sebagai kesempatan untuk meninjau kembali kehidupan saat ini. 

Proses ini membantu memperjelas arah hidup dan keputusan penting yang akan diambil.

Dengan memahami shūkatsu dari berbagai sisi, mahasiswa tidak hanya dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja, tetapi juga diajak untuk merenungkan tujuan hidup dan langkah-langkah penting yang akan diambil ke depannya. 

Tradisi ini menunjukkan bagaimana perencanaan dan refleksi dapat berjalan bersamaan, menghadirkan nilai lebih bagi generasi muda Jepang dalam menghadapi tantangan karir dan kehidupan.

Sumber: 

  • AOTS (https://www.aots.jp/en/publications/hrm-ir/report61/) 
  • Nippon.com (https://www.nippon.com/en/column/g00365/) 
  • The Japan Times (https://japannews.yomiuri.co.jp/society/general-news/20251106-290911/) 

(PENULIS: KOMPAS.COM/PITRINOVIYANTI)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.