Meski begitu, ia menegaskan bahwa unsur keberuntungan tetap punya peran.
“Kalau hoki ya bisa menang, tapi yang paling penting tetap skill dan strategi. Kadang kartu murah pun bisa ngalahin yang mahal,” ucapnya.
Faisal menilai perkembangan komunitas kartu Pokémon di Indonesia masih berada di tahap bertumbuh secara organik.
Banyak yang mengenal kartu ini hanya dari media sosial atau melihatnya di event besar.
Sementara minat generasi muda, menurutnya, masih terbatas karena dominasi permainan digital.
Namun, adanya turnamen dan event komunitas yang rutin diselenggarakan memberi harapan bahwa minat terhadap kartu fisik masih tetap hidup.
“Anak muda sekarang mungkin lebih tahu kartu Pokémon dari harganya yang mahal, bukan dari mainnya. Tapi kalau makin banyak event, pasti makin banyak juga yang tertarik,” kata Faisal.
Di tengah dunia serba digital, kisah seperti milik Faisal menunjukkan bahwa permainan fisik masih punya tempat tersendiri.
Bagi para penggemar sejati, kartu Pokémon bukan sekadar selembar karton berilustrasi, melainkan medium nostalgia, strategi, dan persahabatan yang terus berkembang bersama waktu.
(PENULIS: KOMPAS.COM/PITRI NOVIYANTI)