Sebaliknya, matcha palsu atau bubuk teh hijau biasa (green tea powder) cenderung lebih kasar.
Hal ini terjadi karena daun teh yang digunakan masih mengandung tulang daun dan tidak digiling sehalus tencha.
Proses penghilangan tulang daun menjadi salah satu pembeda utama.
Matcha asli hanya menggunakan bagian daun tanpa tulang, sehingga menghasilkan bubuk lembut yang mudah larut dan tidak meninggalkan rasa getir di lidah.
Ratna menjelaskan, untuk membedakan antara matcha asli dengan matcha kualitas rendah atau palsu dilihat dari warnanya.
Matcha asli Jepang memiliki warna hijau cerah yang merata karena proses shading atau kabuse selama 2–3 minggu sebelum panen.
“Kalau powder-nya sudah hijau cerah dan merata, itu salah satu tanda matcha asli. Tapi kalau warnanya kekuningan atau kecoklatan, atau ada bintik biru, kemungkinan itu bubuk teh biasa yang diberi pewarna,” ujar Ratna.
Proses shading membuat kadar klorofil meningkat dan menghasilkan warna hijau pekat alami.
Sementara kandungan katekin yang menyebabkan rasa pahit berkurang, dan kadar L-theanine meningkat.
Senyawa L-theanine inilah yang memberi rasa umami sekaligus efek menenangkan.