Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Fakta & Data

Sanae Takaichi Akan Jadi Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang, Janji Bawa Era Baru Politik Negeri Sakura

Kompas.com - 06/10/2025, 11:15 WIB

OHAYOJEPANG - Sanae Takaichi menyebut terpilihnya ia sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) Jepang sebagai awal dari 'era baru'.

Pada Sabtu (4/10/2025), politikus konservatif berusia 64 tahun itu berhasil memenangkan pemilihan ketua LDP.

Ia pun berada di jalur untuk menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai perdana menteri Jepang.

Takaichi, yang dikenal mengidolakan Margaret Thatcher, menyatakan masih banyak pekerjaan besar menanti untuk memulihkan kekuatan partai yang tengah merosot.

“Bersama kalian semua, kita telah menorehkan era baru bagi LDP,” kata Takaichi di markas partai di Tokyo setelah unggul dalam putaran kedua pemilihan melawan Shinjiro Koizumi.

“Kita harus bekerja bersama lintas generasi dan berjuang keras untuk membangun kembali LDP. Semua orang harus bekerja sekeras kuda,” ujarnya disambut tepuk tangan meriah.

Baca juga:

Tantangan Besar di Awal Kepemimpinan

Melansir kantor berita AFP (4/10/2025), Takaichi akan segera disetujui oleh parlemen sebagai perdana menteri kelima Jepang dalam lima tahun terakhir.

Ia menghadapi berbagai tantangan kompleks, mulai dari penuaan populasi, ketidakpastian geopolitik, hingga ekonomi yang melambat.

Selain itu, meningkatnya ketegangan mengenai isu imigrasi menjadi perhatian publik dan politik.

Dalam kampanyenya, Takaichi menegaskan pentingnya meninjau kembali kebijakan imigrasi Jepang.

Menurutnya, Jepang perlu berhati-hati dalam menerima orang dari latar belakang dan budaya yang sangat berbeda.

Namun, ia juga mengakui bahwa penurunan populasi Jepang menuntut adanya tenaga kerja asing.

“Asalkan direncanakan dengan baik, kita perlu memikirkan bagaimana cara terbaik untuk menerima mereka,” ujar Takaichi.

Partai Sanseito, yang kini semakin populer dengan retorika anti-imigrasi, menyebut imigrasi sebagai invasi diam-diam dan menuding pendatang sebagai sumber berbagai masalah sosial.

Pernyataan semacam ini menggambarkan meningkatnya populisme dalam lanskap politik Jepang.

Restorasi Partai dan Hubungan Internasional

Tugas utama Takaichi adalah memulihkan kepercayaan publik terhadap LDP yang telah kehilangan dukungan setelah puluhan tahun berkuasa hampir tanpa henti.

Di bawah pemerintahan sebelumnya, Perdana Menteri Shigeru Ishiba gagal mempertahankan mayoritas di kedua majelis parlemen akibat skandal dana politik dan lonjakan inflasi.

Sementara itu, Takaichi juga harus menjaga hubungan luar negeri Jepang.

Salah satu agenda pertamanya sebagai perdana menteri adalah menerima kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dijadwalkan mampir ke Jepang pada akhir Oktober.

Ia menegaskan tidak akan membatalkan perjanjian dagang Tokyo–Washington yang masih menyisakan sejumlah pertanyaan.

Takaichi dikenal sebagai pengkritik keras pembangunan militer Tiongkok dan kerap berziarah ke kuil Yasukuni, simbol sensitif bagi negara-negara Asia Timur.

Kementerian Luar Negeri China merespons terpilihnya Takaichi dengan menyatakan harapan agar Jepang tetap memegang komitmen politiknya terkait isu sejarah dan Taiwan, serta menjaga kebijakan positif terhadap Beijing.

Mantan Menteri Dalam Negeri Jepang, Sanae Takaichi (tengah, berdiri), memberi salam kepada rekan-rekan sesama anggota Partai Demokrat Liberal di markas partai yang berkuasa di Tokyo pada 4 Oktober 2025, setelah memenangkan pemilihan presiden LDP melalui putaran kedua.
Mantan Menteri Dalam Negeri Jepang, Sanae Takaichi (tengah, berdiri), memberi salam kepada rekan-rekan sesama anggota Partai Demokrat Liberal di markas partai yang berkuasa di Tokyo pada 4 Oktober 2025, setelah memenangkan pemilihan presiden LDP melalui putaran kedua.

'Iron Lady' Jepang dan Pandangannya soal Gender

Sebelum terjun ke politik, Takaichi pernah menjadi pemain drum di band heavy metal saat kuliah.

Ia mengaku mengidolakan mendiang Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher dan sering disebut sebagai 'Iron Lady' versi Jepang.

Meski demikian, menurut Profesor Emeritus Universitas Tokyo, Sadafumi Kawato, kemenangan Takaichi memang langkah maju bagi representasi perempuan.

Namun, ia belum menunjukkan niat kuat untuk melawan norma patriarki yang masih kuat di Jepang.

Takaichi menolak revisi undang-undang abad ke-19 yang mewajibkan pasangan menikah menggunakan nama keluarga yang sama.

Aturan itu sebagian besar berdampak pada perempuan yang harus mengambil nama suami.

Kawato memperkirakan isu ini tidak akan terselesaikan selama masa jabatan Takaichi.

Namun, dalam pidato kampanyenya, Takaichi berjanji memperbaiki keseimbangan gender di kabinetnya hingga mencapai standar negara Nordik.

Menurut laporan World Economic Forum 2025, Jepang berada di peringkat ke-118 dari 148 negara dalam Indeks Kesenjangan Gender Global, terutama karena minimnya keterwakilan perempuan di pemerintahan.

Dukungan Konservatif dan Arah Ekonomi

Takaichi mendapat dukungan kuat dari sayap konservatif LDP dan para pengikut mendiang mantan Perdana Menteri Shinzo Abe.

Ia mendukung kebijakan pelonggaran moneter agresif dan belanja fiskal besar, sejalan dengan kebijakan “Abenomics” yang diwariskan Abe.

Jika kebijakan tersebut diterapkan kembali, pasar diperkirakan akan bereaksi dengan hati-hati.

Selain isu ekonomi, Takaichi juga menyoroti pengaruh ekonomi dan tingkat kejahatan yang terkait dengan warga asing di Jepang, menyerukan aturan yang lebih ketat.

Langkah ini dinilai sejumlah analis sebagai upaya untuk menarik kembali pemilih yang beralih ke partai-partai nasionalis baru dengan pesan anti-imigrasi.

Dalam sebuah diskusi panel bulan ini, Takaichi juga menegaskan bahwa ia tidak akan ragu untuk menegosiasikan ulang perjanjian dagang dengan Amerika Serikat jika dinilai merugikan Jepang.

Generasi Baru dan Arah Politik Jepang

Dalam pemilihan ketua LDP, Takaichi mengalahkan Shinjiro Koizumi, politikus berusia 44 tahun yang dikenal lebih progresif dan dianggap mewakili generasi baru.

Koizumi sebenarnya berpeluang menjadi perdana menteri termuda dalam sejarah modern Jepang.

Namun, kemenangan Takaichi menunjukkan bahwa arah partai masih berpihak pada nilai-nilai konservatif yang kuat.

Namun, banyak kalangan dalam partai menilai kemenangan Takaichi menandai awal babak baru bagi LDP yang tengah mencari identitas di tengah menurunnya dukungan publik.

Bagi sebagian anggota, figur Takaichi membawa semangat disiplin dan kerja keras yang selama ini menjadi ciri khas politik konservatif Jepang.

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.