Menurut laporan World Economic Forum 2025, Jepang berada di peringkat ke-118 dari 148 negara dalam Indeks Kesenjangan Gender Global, terutama karena minimnya keterwakilan perempuan di pemerintahan.
Takaichi mendapat dukungan kuat dari sayap konservatif LDP dan para pengikut mendiang mantan Perdana Menteri Shinzo Abe.
Ia mendukung kebijakan pelonggaran moneter agresif dan belanja fiskal besar, sejalan dengan kebijakan “Abenomics” yang diwariskan Abe.
Jika kebijakan tersebut diterapkan kembali, pasar diperkirakan akan bereaksi dengan hati-hati.
Selain isu ekonomi, Takaichi juga menyoroti pengaruh ekonomi dan tingkat kejahatan yang terkait dengan warga asing di Jepang, menyerukan aturan yang lebih ketat.
Langkah ini dinilai sejumlah analis sebagai upaya untuk menarik kembali pemilih yang beralih ke partai-partai nasionalis baru dengan pesan anti-imigrasi.
Dalam sebuah diskusi panel bulan ini, Takaichi juga menegaskan bahwa ia tidak akan ragu untuk menegosiasikan ulang perjanjian dagang dengan Amerika Serikat jika dinilai merugikan Jepang.
Dalam pemilihan ketua LDP, Takaichi mengalahkan Shinjiro Koizumi, politikus berusia 44 tahun yang dikenal lebih progresif dan dianggap mewakili generasi baru.
Koizumi sebenarnya berpeluang menjadi perdana menteri termuda dalam sejarah modern Jepang.
Namun, kemenangan Takaichi menunjukkan bahwa arah partai masih berpihak pada nilai-nilai konservatif yang kuat.
Namun, banyak kalangan dalam partai menilai kemenangan Takaichi menandai awal babak baru bagi LDP yang tengah mencari identitas di tengah menurunnya dukungan publik.
Bagi sebagian anggota, figur Takaichi membawa semangat disiplin dan kerja keras yang selama ini menjadi ciri khas politik konservatif Jepang.