“Saya akan membuat semua orang bekerja seperti kuda. Saya sendiri akan meninggalkan konsep keseimbangan hidup. Saya akan bekerja, bekerja, dan terus bekerja,” ucapnya disambut tepuk tangan rekan-rekan partainya.
Pernyataan itu mencerminkan tekadnya untuk memimpin dengan disiplin dan dedikasi tinggi.
Kalimat itu juga menunjukkan bahwa kepemimpinan perempuan bukan hanya soal simbol, melainkan tentang keteguhan dalam menghadapi tantangan nyata.
Dengan kemenangan ini, Sanae Takaichi mencatat sejarah sebagai perdana menteri perempuan pertama Jepang.
Ia akan secara resmi dilantik dalam sidang luar biasa parlemen yang dijadwalkan sekitar 15 Oktober 2025.
Takaichi akan memimpin Jepang hingga September 2027, melanjutkan sisa masa jabatan Shigeru Ishiba.
Kepemimpinannya akan menjadi babak baru bagi politik Jepang yang selama hampir tujuh dekade didominasi laki-laki.
Hal ini sekaligus membuka harapan bagi generasi perempuan yang ingin berperan lebih besar di pemerintahan.
© Kyodo News