Format wawancara lebih beragam, dari banyak pewawancara hingga wawancara kelompok, dengan suasana lebih formal dan penuh tekanan.
Interaksi santai di luar wawancara resmi juga bisa termasuk bagian dari penilaian, sehingga sikap profesional perlu dijaga setiap saat.
Perbedaan ini menggambarkan perbedaan budaya kerja yang mendasar.
Di Indonesia, rekrutmen lebih banyak menyoroti keterampilan langsung dan kecocokan pribadi dengan pekerjaan.
Di Jepang, rekrutmen menekankan potensi jangka panjang, kemampuan beradaptasi, dan keselarasan dengan budaya perusahaan.
Kalau saja sejak awal saya sudah berlatih soal SPI dan lebih memahami budaya wawancara di Jepang, mungkin saya akan merasa lebih siap dan tidak terlalu gugup.
Namun pengalaman ini memberi pelajaran penting bahwa rekrutmen bukan hanya soal melewati tahapan seleksi, melainkan juga memahami budaya di balik proses tersebut.
Merasakan proses rekrutmen di Indonesia dan Jepang membuat saya semakin sadar bahwa budaya kerja sebenarnya sudah terlihat bahkan sebelum hari pertama bekerja.
Penulis: Langit, WNI yang kerja di Jepang. Ia orang biasa yang menghargai hal kecil sekalipun.
@ohayo_jepang Kenapa Karyawan di Jepang Selalu Rajin Bersihkan Meja Kerja? Ada satu kebiasaan unik yang sering kita lihat di kantor-kantor Jepang: para karyawannya selalu membersihkan meja kerja sebelum pulang. Ini bukan cuma soal rapi-rapi, tapi didasari oleh filosofi penting yang disebut Omoiyari. Omoiyari adalah konsep Jepang untuk memikirkan dan menghargai perasaan orang lain. Dengan merapikan meja, mereka ingin menunjukkan rasa hormat kepada orang yang akan memakai meja itu esok hari atau rekan kerja yang masih ada di kantor. Kecil, tapi maknanya dalam banget! Ini jadi salah satu alasan kenapa budaya kerja di Jepang dikenal sangat teratur. Gimana menurut kalian? Tertarik nggak menerapkan Omoiyari di tempat kerja? Kreator Konten: Salma Aichi K Produser: Siti Annisa Penulis: YUHARRANI AISYAH #Omoiyari #Jepang #BudayaKerja #FilosofiJepang #Kantor ♬ suara asli - Ohayo Jepang