Kalau saya bicara tentang diri sendiri, khawatir terdengar seperti membanggakan diri.
Belakangan saya baru tahu bahwa di Jepang, pertanyaan seperti ini justru wajar karena bertujuan menguji kesadaran diri atau jiko bunseki.
Bahkan, dalam panduan karier resmi dari pemerintah Jepang, pencari kerja disarankan untuk benar-benar mengenal diri sendiri sebelum melamar pekerjaan.
Hal ini karena banyak perekrut di Jepang menghargai kerendahan hati yang disertai kesadaran diri, bukan sekadar jawaban soal keterampilan teknis.
Di Indonesia, wawancara biasanya dilakukan satu lawan satu.
Pengalaman saya di Jepang berbeda, karena pernah masuk ke ruang wawancara dan mendapati lima orang sekaligus menunggu saya.
Tiga orang pewawancara duduk di meja, ditambah dua penerjemah, membuat rasa gugup meningkat drastis.
Suasana jadi terasa lebih formal dan penuh tekanan karena saya dinilai oleh banyak orang dalam satu waktu.
Saya juga pernah melihat wawancara Tokuteiginou (SSW) secara kebetulan.
Formatnya justru sebaliknya, yaitu beberapa kandidat diwawancarai sekaligus oleh satu perekrut melalui wawancara online.