OHAYOJEPANG - Ketika mencari pekerjaan di Indonesia, saya sudah melalui beberapa wawancara dan merasa paham dengan alur rekrutmen pada umumnya.
Namun setelah pindah ke Jepang dan mengalami langsung proses rekrutmennya, saya sadar ternyata banyak hal yang berbeda.
Saya tidak sepenuhnya tahu apa yang sedang saya hadapi, dan perbedaan itu bukan hanya mengejutkan, tetapi juga membuat saya berharap lebih siap sejak awal.
Baca juga:
Sekilas, alur rekrutmen di Jepang terlihat mirip dengan di Indonesia.
Di kedua negara, tahapannya dimulai dari seleksi dokumen, dilanjutkan tes bakat atau logika, lalu berlanjut ke wawancara.
Bedanya, bentuk tes yang diberikan terasa jauh berbeda.
Di Indonesia, tes biasanya berupa soal pilihan ganda dengan gaya logika atau IQ sederhana.
Di Jepang, saya menghadapi tes SPI (Synthetic Personality Inventory) yang jauh lebih rumit.
Saya ingat duduk di ruangan tes, terkejut karena tidak bisa menjawab setengah soal yang lebih mirip ujian fisika atau matematika tingkat kuliah.
Tes ini bahkan tidak berbentuk pilihan ganda, sehingga benar-benar menguji kemampuan berpikir dalam waktu singkat.