Asrama perusahaan biasanya mengenakan tarif 20.000-40.000 yen per bulan (sekitar Rp 2,2 juta-Rp 4,5 juta), sementara apartemen kecil di Tokyo bisa mencapai 60.000 yen (sekitar Rp 6,7 juta).
Tagihan utilitas untuk satu orang berkisar 10.000–13.000 yen per bulan (sekitar Rp 1,1 juta–Rp 1,5 juta).
Biaya makan dalam pola hemat biasanya 35.000–45.000 yen per bulan (sekitar Rp 3,9 juta–Rp 5 juta).
Tiket komuter di wilayah Tokyo rata-rata 13.000–18.000 yen per bulan (sekitar Rp 1,4 juta–Rp 2 juta).
Pekerja Indonesia di Tokyo yang tinggal di asrama perusahaan dapat menabung sekitar 50.000–80.000 yen per bulan (sekitar Rp 5,6 juta–Rp 9 juta) di tahun pertama, tergantung pada jumlah lembur.
Sebaliknya, mereka yang menyewa apartemen pribadi dengan upah minimum dan tanpa lembur hanya bisa menabung sedikit.
Bahkan pada tahun kedua, setelah ada potongan pajak penduduk, tabungan bisa mendekati nol.
Di daerah seperti Aichi, meski upah minimum lebih rendah, biaya tempat tinggal juga jauh lebih murah.
Pekerja di asrama perusahaan bisa menabung sekitar 60.000 yen atau lebih setiap bulan (sekitar Rp 6,7 juta), terutama jika ada tambahan lembur.
Kenaikan rata-rata upah minimum nasional memberi dampak positif bagi pekerja di Jepang, termasuk dari Indonesia.