OHAYOJEPANG - Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba pada Minggu (7/9/2025) mengumumkan pengunduran dirinya, kurang dari setahun setelah resmi menjabat.
Keputusan ini mengejutkan publik karena muncul sehari sebelum Partai Demokrat Liberal (LDP) menentukan apakah akan menggelar pemilihan presiden darurat.
Ishiba mengaku bertanggung jawab atas kekalahan LDP dalam pemilu Majelis Tinggi Juli lalu, meski kebijakan ekonominya mulai menunjukkan hasil.
Langkah mundurnya diperkirakan memicu ketidakpastian politik di Jepang, di tengah tekanan kuat dari internal partai dan sekutunya di parlemen.
Ishiba, yang semula dipandang sebagai tokoh reformis di dalam LDP, berusaha bertahan selama mungkin di tengah pemulihan dukungan publik terhadap kabinetnya.
Namun, tekanan dari anggota parlemen partai semakin besar hingga akhirnya ia memilih untuk mengundurkan diri.
Melansir Kyodo News (7/9/2025), LDP dinilai tetap akan kesulitan menjalin kerja sama dengan partai oposisi untuk membentuk koalisi mayoritas di parlemen karena perbedaan kebijakan.
Baca juga:
Pengumuman mundurnya Ishiba datang setelah ia bertemu mantan Perdana Menteri Yoshihide Suga dan Menteri Pertanian Shinjiro Koizumi pada Sabtu malam (6/9/2025).
Keduanya diketahui dekat dengan Ishiba dan diyakini mendorongnya agar menghindari perpecahan di dalam LDP.
Dalam konferensi pers Minggu, Ishiba menyatakan bertanggung jawab atas kegagalan LDP dalam pemilu Majelis Tinggi pada Juli lalu.
Ia menegaskan pengunduran dirinya dimaksudkan untuk mencegah terjadinya perpecahan besar di tubuh partai terkait rencana pemilihan ketua lebih awal.
Ishiba mengaku menyesal tidak mampu memenuhi harapan publik, walau menurutnya strategi ekonomi yang fokus pada kenaikan upah sudah mulai menunjukkan hasil.
Ishiba menyebut capaian pemerintahannya dalam negosiasi tarif dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebagai salah satu alasan ia memilih mundur sekarang.
Ia berharap penerusnya bisa melanjutkan hubungan baik dengan AS dan mitra utama lainnya.
Menurut sumber dekatnya, Ishiba yang menjabat sejak Oktober 2024 sempat mencoba menahan upaya menggelar pemilihan ketua LDP dengan ancaman membubarkan parlemen dan menggelar pemilu cepat.
Langkah ini memicu penolakan keras di internal partai.
Ketika ditanya soal kemungkinan membubarkan majelis rendah, Ishiba tidak menampik bahwa ia sempat mempertimbangkan berbagai opsi.
Ketua Komeito, Tetsuo Saito, mitra koalisi junior LDP, mengatakan langkah tersebut tidak bisa diterima.
Survei media menunjukkan lebih dari 50 persen responden menilai pengunduran diri Ishiba tidak perlu.
Namun, desakan agar Ishiba bertanggung jawab atas hilangnya mayoritas koalisi di Majelis Tinggi terus meningkat.
LDP semula berencana mengumpulkan tanda tangan anggota parlemen pada Senin (8/9/2025) untuk menentukan apakah pemilihan presiden perlu digelar lebih awal, sebelum jadwal resmi 2027.
Ishiba menegaskan langkah itu kini tidak perlu lagi dilakukan.
Minggu malam, Sekretaris Jenderal LDP Hiroshi Moriyama menyatakan pentingnya melibatkan anggota akar rumput sebanyak mungkin dalam pemilihan mendatang.
Kritik terhadap Ishiba semakin keras, bahkan dari para pendukungnya sendiri, karena sebelumnya ia berjanji tidak akan mundur.
Suga, yang pernah menjabat perdana menteri setahun pada 2020-2021, khawatir pemilihan ketua justru memperlebar perpecahan di partai.
Pada Jumat, Menteri Kehakiman Keisuke Suzuki ikut mendesak pemilihan ketua partai, menjadi anggota kabinet pertama yang secara terbuka menentang Ishiba.
Dalam blog pribadinya, Suzuki menyebut LDP perlu bersatu dan mengembalikan kepercayaan publik.
Ia merupakan anggota faksi yang dipimpin mantan Perdana Menteri Taro Aso, yang juga mendukung digelarnya pemilihan presiden partai.
Suga dan Aso, yang kini menjadi penasihat tertinggi LDP, tetap berpengaruh besar dalam peta kekuasaan partai.
Ishiba sebelumnya menyatakan akan menentukan langkah politiknya pada waktu yang tepat, meski seorang ajudan dekatnya sempat siap mengundurkan diri dari jabatan penting di partai.
Sejauh ini, LDP tidak pernah menggelar pemilihan ketua di tengah masa jabatan yang dipicu keputusan mayoritas anggota.
Ishiba sendiri baru memenangkan kursi ketua LDP pada upaya kelima.
Namun, koalisinya kehilangan mayoritas di majelis rendah dalam pemilu Oktober 2024, lalu kembali kehilangan mayoritas di majelis tinggi pada Juli 2025.
Laporan evaluasi pemilu yang dirilis partai menyebut skandal dana politik sebagai penyebab utama kekalahan.
Skandal itu terkait pengungkapan bahwa beberapa faksi LDP, termasuk yang pernah dipimpin mendiang Shinzo Abe, gagal melaporkan sebagian pemasukan dari acara penggalangan dana dan membuat dana gelap.
Banyak anggota parlemen yang mendesak Ishiba mundur merupakan politisi yang dekat dengan Abe.
Abe, yang dikenal berpengaruh di dalam LDP, tetap memiliki pengaruh besar bahkan setelah tidak lagi menjabat hingga ia tewas ditembak dalam kampanye 2022.
© Kyodo News
@ohayo_jepang Pejabat Jepang salah ngomong lah kok langsung mundur?! 🙇♂️ Beberapa waktu lalu, Menteri Pertanian Jepang Taku Etō mundur gara-gara slip of the tongue alias salah ngomong. Saat harga beras naik gila-gilaan, dia malah bilang: “Saya nggak pernah beli beras, selalu dikasih pendukung.” Publik langsung ngamuk karena dianggap nggak punya empati. Hasilnya, nggak lama, beliau pun resmi mengundurkan diri (The Japan Times, 20 Mei 2025). 🔑 Kenapa bisa segampang itu mundur? Karena di Jepang ada budaya tanggung jawab (resign when at fault): ➡️ Saat pejabat melanggar kepercayaan publik, mundur dianggap langkah terhormat. ➡️ Bukan cuma politik, tapi juga bentuk pertanggungjawaban moral. ➡️ Makanya ada istilah: daijin o jinin suru (mengundurkan diri sebagai menteri) & sekinin o toru (mengambil tanggung jawab). Di Jepang, mundur bukan selalu karena tidak bisa bertahan, tapi sering jadi cara menjaga integritas diri sekaligus menyelamatkan muka institusi/partai. Gak heran, sejak 2000, 10 dari 33 Menteri Pertanian Jepang mundur gara-gara kasus atau komentar sensitif. Fyi nih, sistem parlementer Jepang juga bikin pergantian menteri relatif lebih mudah dibanding negara presidensial seperti U.S. Itulah kenapa budaya “mundur” sudah jadi bagian dari politik moral Jepang. Polling: Kalau di Indonesia, budaya kayak gini sebaiknya ada juga nggak? Kreator Konten: Zahra Permata J Produser: Siti Annisa Penulis: YUHARRANI AISYAH #OhayoJepang #HidupdiJepang #KerjadiJepang #MagangdiJepang #BudayaJepang ♬ suara asli - Ohayo Jepang