Ia bertekad, jika suatu saat berhasil di Jepang, ia ingin membangun sebuah kafe atau restoran yang bisa menjadi titik kumpul bagi komunitas Indonesia.
Baca juga:
Langkah pertama Ian di dunia kerja Jepang adalah di sebuah gemba (proyek lapangan), pekerjaan yang ia lakoni selama sekitar satu bulan.
Bekerja di luar ruangan saat musim panas yang terik dan menjadi satu-satunya orang Indonesia menjadi tantangan tersendiri baginya.
Atas informasi dari seorang teman, ia kemudian beralih menjadi pekerja pabrik.
Pekerjaan pertamanya adalah di sebuah pabrik manufaktur barang dari plastik di Yokohama.
Di sana, ia merasa lebih bersemangat karena bertemu dengan banyak rekan kerja dari Indonesia.
Namun, tantangannya adalah jarak. Ia harus menempuh perjalanan satu setengah jam dari rumahnya di Tokyo ke tempat kerja.
Setelah lima tahun bekerja, Ian menghadapi dilema. Sang istri yang selama ini selalu mendukung perjalanan hidup dan karirnya baru saja melahirkan.
Durasi perjalanan pulang pergi ke tempat kerja dan pekerjaan yang terkadang mengharuskan Ian lembur, membuatnya jarang bertemu istri dan anak.
Ia lantas memutuskan pindah ke pabrik lain yang lokasinya lebih dekat dari rumah, hanya 10 menit dengan sepeda dari rumahnya.