Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Worklife

Cerita Mahasiswa Indonesia Kuliah dan Riset di Jepang, Adaptasi Sosial Lebih Berat daripada Publikasi Ilmiah

Kompas.com - 17/11/2025, 11:02 WIB

“Kalau janji dengan supervisor jam 9, sebaiknya datang 10 menit lebih awal. Orang Jepang sangat menghargai ketepatan waktu,” ujar Dedy. 

Ia juga mengingat masa enam bulan pertamanya di laboratorium, di mana rekan-rekan Jepangnya jarang mengajaknya bicara. 

Ia menjelaskan bahwa periode tersebut sebenarnya merupakan masa penilaian, di mana rekan-rekan Jepang lebih dulu mengamati sikap dan konsistensi sebelum benar-benar terbuka dalam berinteraksi.

Dalam lingkungan akademik Jepang, attitude menjadi faktor penting. 

Baik mahasiswa maupun peneliti dinilai dari ketekunan dan rasa tanggung jawabnya.

“Yang paling dinilai bukan kepintaran, tapi sikap. Kalau sudah dipercaya, hubungan kerja jadi lebih hangat,” kata Dedy.

Hal serupa juga terlihat di ruang kelas. 

Budaya akademik Jepang cenderung tenang. 

Mahasiswa jarang bertanya langsung di kelas karena menjaga kesopanan, dan lebih memilih berdiskusi pribadi dengan dosen setelah perkuliahan selesai.

Belajar di Jepang bukan sekadar menempuh pendidikan tinggi, tetapi juga latihan mental dan karakter. 

Disiplin, kerja keras, dan rasa tanggung jawab menjadi nilai yang terus terbentuk selama tinggal di sana.

Dengan tekad, sikap positif, dan kemampuan beradaptasi, mahasiswa Indonesia memiliki peluang besar untuk sukses di dunia akademik Jepang.

(PENULIS: KOMPAS.COM/PITRI NOVIYANTI)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.