Saat menempuh studi S3, ia mendapatkan beasiswa yang menanggung seluruh biaya kuliah dan penelitian.
“Selama S3, semua kebutuhan riset disediakan kampus. Kita tinggal fokus meneliti,” ujarnya.
Budaya kerja di Jepang juga dikenal sangat fokus dan efisien.
Ia menggambarkan lingkungan kerjanya sebagai tempat yang menghargai waktu dan tanggung jawab.
“Kalau diberi satu tugas, selesaikan dengan baik. Tidak ada multitasking yang berlebihan,” katanya.
Meski fasilitas dan sistem pendidikan di Jepang terbilang maju, proses adaptasi bagi mahasiswa asing tidak selalu mudah.
Cuaca ekstrem di Hokkaido dan perbedaan budaya menjadi ujian tersendiri bagi mahasiswa asing.
Rafiq mengaku bahwa cuaca ekstrem memengaruhi aktivitas di luar ruangan.
“Saat musim salju jalanan menjadi licin dan suka menyebabkan kaki terpleset, saya sendiri sudah pernah empat kali kepleset dan itu hal yang lumrah,” katanya.
Sementara Dedy menyoroti pentingnya menjaga sikap dan kesopanan dalam interaksi profesional.