Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Worklife

Cerita Mahasiswa Indonesia Kuliah dan Riset di Jepang, Adaptasi Sosial Lebih Berat daripada Publikasi Ilmiah

Kompas.com - 17/11/2025, 11:02 WIB

“Di Jepang, bukan sekadar belajar teori, tapi bagaimana mengontribusikan hasil nyata untuk kemajuan ilmu,” kata Dedy saat diwawancarai oleh Ohayo Jepang, Kamis (13/11/2025).

Pendekatan riset ini menjadikan mahasiswa dituntut mandiri dan produktif. 

Penilaian utama bukan dari keaktifan di kelas, melainkan dari kualitas riset, publikasi ilmiah, dan kontribusi di laboratorium.

Setiap laboratorium di Jepang memiliki budaya kerja yang berbeda, tergantung pada bidang riset dan karakter profesornya. 

Ada yang bersifat santai, tetapi banyak pula yang sangat ketat terhadap waktu dan hasil penelitian. 

Fasilitas Lengkap dan Budaya Kerja yang Disiplin

Selain sistem pendidikan yang kuat, keunggulan lain Jepang terletak pada fasilitas riset yang lengkap. 

Mahasiswa dan peneliti memiliki akses terhadap peralatan laboratorium modern yang bisa dioperasikan secara mandiri.

“Mahasiswa diwajibkan bisa mengoperasikan alat sendiri. Bahkan harus tahu cara memperbaikinya jika rusak,” kata Rafiq. 

Hal ini berbeda dengan di Indonesia, di mana beberapa mahasiswa masih harus bergantung pada operator laboratorium.

Suasana ruang laboratorium tempat penelitian Rafiq Arsyad (27) di Hokkaido University.
Suasana ruang laboratorium tempat penelitian Rafiq Arsyad (27) di Hokkaido University.

Dedy menambahkan bahwa dukungan dana penelitian di Jepang juga sangat besar. 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.