“Setiap pagi warga Jepang harus menyekop salju di depan rumah, dan biasanya malam atau pagi hari truk-truk pemerintah juga berkeliling membersihkan salju di jalan utama supaya tetap bisa dilewati,” kata Dedy.
Proses ini menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari masyarakat Hokkaido selama musim dingin.
Rafiq juga melihat sisi lain kehidupan masyarakat di musim dingin.
Ia mengatakan bahwa saat musim salju, hari menjadi lebih pendek dan matahari baru terbit sekitar pukul 7 pagi dan sudah gelap pukul 4 sore.
Menurutnya, saat musim salju tiba, pemandangan serba putih yang berlangsung sepanjang hari dapat memengaruhi suasana hati, membuat mood cepat berubah dan terasa lebih muram.

“Suasana jadi lebih sepi, orang-orang lebih banyak di rumah,” ungkapnya.
Namun, di balik suasana sunyi itu, ada kehangatan tersendiri.
Rafiq kerap melihat orang tua menarik anak-anak kecil di atas papan seperti sled atau kereta luncur di trotoar bersalju.
Pemandangan itu terasa hangat dan akrab, seolah menunjukkan bahwa musim dingin bukan hanya soal bertahan, tapi juga tentang menikmati kebersamaan.
“Itu sudah jadi kebiasaan turun-temurun, bahkan sejak zaman profesor saya kecil,” ujar Rafiq.