Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Budaya Lokal

Kenapa Banyak Orang Jepang Pakai Hakama Kimono pada Musim Gugur?

Kompas.com - 09/11/2025, 13:51 WIB

OHAYOJEPANG - Dalam keindahan berlapis busana tradisional Jepang, hakama kimono menempati posisi istimewa.

Pakaian ini berdiri di antara keanggunan formalitas, makna ritual budaya, dan keindahan gerak tubuh.

Lebih dari sekadar gaya berpakaian, hakama (袴) menjadi simbol disiplin, upacara, serta peralihan waktu.

Ketika musim gugur tiba dan berbagai upacara, festival, serta acara kelulusan berlangsung, kehadiran kimono berhias hakama selalu menonjolkan peran budaya yang tetap lestari.

Baca juga:

Jejak Sejarah Hakama

Asal-usul hakama berakar pada busana istana dan pakaian kelas samurai pada masa awal Jepang.

Selama berabad-abad, pakaian ini berkembang menjadi bawahan kimono, baik dalam bentuk celah maupun tanpa celah, yang disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhan pemakainya.

Sebagai bagian dari busana formal, hakama memberi kesan anggun dan berwibawa pada siluet kimono, menambah struktur dan gerak pada bentuk yang biasanya mengalir lurus.

Pada zaman Edo, hakama digunakan secara luas oleh samurai, pendeta, dan kaum terpelajar.

Penggunaan sehari-hari mulai berkurang pada era Meiji seiring pengaruh modernisasi Barat.

Meski demikian, peran seremonial dan nilai simboliknya tetap kuat. Hingga kini, hakama masih digunakan dalam seni tradisional, disiplin bela diri, upacara di kuil, dan acara akademik resmi.

Keberadaannya menjadi bukti kesinambungan antara masa lalu dan masa kini dalam tradisi berpakaian Jepang.

Peran Hakama dalam Upacara dan Ritual Musim Gugur

Musim gugur di Jepang dikenal sebagai masa transisi dan perayaan. Beragam acara seperti festival panen, upacara kelulusan, perayaan kuil, hingga pertunjukan budaya berlangsung di seluruh negeri.

Dalam suasana seperti ini, hakama kimono sering terlihat, menambah kesan formal sekaligus simbolik bagi setiap acara.

Bagi para lulusan, mengenakan hakama di atas kimono saat upacara kelulusan musim gugur menjadi cara menghormati tradisi dan menampilkan rasa hormat serta kesungguhan.

Dalam upacara kuil atau festival, para pendeta, pelayan kuil, hingga penari tradisional seperti kenshibu (tarian puisi pedang) mengenakan kombinasi kimono dan hakama.

Paduan ini memunculkan kesinambungan sejarah, mengingatkan pada masa samurai, cendekiawan, dan pejabat istana yang pernah mengenakannya.

Beberapa jenis hakama memiliki tujuh lipatan dalam, dua di bagian belakang dan lima di bagian depan, yang diyakini melambangkan nilai moral seperti kesetiaan, keadilan, kesopanan, kebijaksanaan, dan ketulusan.

Makna simbolis itu memperlihatkan bagaimana rancangan busana dapat membawa pesan etika dan filosofi hidup masyarakat Jepang.

Keindahan Hakama Kimono

Perubahan musim memiliki pengaruh besar terhadap gaya berpakaian masyarakat Jepang, termasuk dalam pemilihan kimono dan hakama.

Pada musim gugur, motif seperti daun maple merah, ginkgo, dan bunga krisan sering muncul pada kain kimono. Corak tersebut mencerminkan semangat dan warna alam di bulan-bulan yang lebih sejuk.

Kimono bermotif daun musim gugur menjadi pilihan istimewa pada periode ini, sementara teknik berlapis yang digunakan menambah kesan halus dan elegan.

Hakama kimono yang dikenakan pada festival kuil, upacara minum teh, atau perayaan panen tidak sekadar berfungsi sebagai pakaian, tetapi juga menyatukan pemakainya dengan harmoni musim.

Struktur hakama yang kokoh memberi keseimbangan pada kimono yang mengalir lembut, menciptakan perpaduan antara gerak dan ketenangan yang khas di musim gugur Jepang.

Fakta Menarik tentang Hakama

Banyak orang beranggapan bahwa hakama selalu berbentuk celana, padahal ada jenis andon-bakama, yaitu hakama tanpa celah yang menyerupai rok.

Jenis ini digunakan dalam kesempatan tertentu dan memiliki tampilan mirip hakama belahan yang umum dipakai.

Selain itu, jumlah dan posisi lipatan hakama dua di kanan dan tiga di kiri bagian depan menjadi contoh prinsip asimetri dalam estetika Jepang.

Desain tersebut menunjukkan keindahan dalam ketidakseimbangan yang disengaja, ciri khas seni dan busana tradisional Jepang.

Hakama kimono tidak hanya berfungsi sebagai pakaian tradisional, tetapi juga sebagai simbol kesinambungan antara masa lalu dan masa kini, antara bentuk dan makna.

Pada musim gugur di Jepang, ketika festival, upacara kelulusan, dan berbagai ritual budaya digelar, busana ini menghadirkan perpaduan antara keanggunan, disiplin, serta nilai sejarah yang mendalam.

Baik dikenakan oleh pelayan kuil, seniman, maupun mahasiswa yang merayakan kelulusan, hakama selalu memberikan kesan anggun dan bermakna.

Setiap lipatan dan gerak kainnya membawa jejak berabad-abad nilai budaya Jepang yang terus hidup dari generasi ke generasi.

Sumber:

  • Pemerintah Jepang https://www.gov-online.go.jp/eng/publicity/book/hlj/html/202109/202109_06_en.html
  • Badan Urusan Kebudayaan Jepang https://www.bunka.go.jp/seisaku/bunkazai/shokai/mukei_bunka_isan/
Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.