OHAYOJEPANG - Dalam keindahan berlapis busana tradisional Jepang, hakama kimono menempati posisi istimewa.
Pakaian ini berdiri di antara keanggunan formalitas, makna ritual budaya, dan keindahan gerak tubuh.
Lebih dari sekadar gaya berpakaian, hakama (袴) menjadi simbol disiplin, upacara, serta peralihan waktu.
Ketika musim gugur tiba dan berbagai upacara, festival, serta acara kelulusan berlangsung, kehadiran kimono berhias hakama selalu menonjolkan peran budaya yang tetap lestari.
Baca juga:
Asal-usul hakama berakar pada busana istana dan pakaian kelas samurai pada masa awal Jepang.
Selama berabad-abad, pakaian ini berkembang menjadi bawahan kimono, baik dalam bentuk celah maupun tanpa celah, yang disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhan pemakainya.
Sebagai bagian dari busana formal, hakama memberi kesan anggun dan berwibawa pada siluet kimono, menambah struktur dan gerak pada bentuk yang biasanya mengalir lurus.
Pada zaman Edo, hakama digunakan secara luas oleh samurai, pendeta, dan kaum terpelajar.
Penggunaan sehari-hari mulai berkurang pada era Meiji seiring pengaruh modernisasi Barat.
Meski demikian, peran seremonial dan nilai simboliknya tetap kuat. Hingga kini, hakama masih digunakan dalam seni tradisional, disiplin bela diri, upacara di kuil, dan acara akademik resmi.