OHAYOJEPANG - Sebelum saya berangkat ke Jepang, kekhawatiran terbesar orangtua saya bukan soal cuaca atau bahasa.
Mereka justru khawatir soal makanan halal.
Bagi keluarga saya, makan halal bukan sekadar pilihan, melainkan bagian dari cara hidup.
Selama di Indonesia, kami tidak pernah kesulitan mencari makanan halal karena tersedia di mana-mana.
Namun, saat saya memberitahu bahwa akan pindah ke Jepang, pertanyaan pertama mereka langsung muncul, “Bagaimana nanti kamu menemukan makanan halal di sana?”
Saya memahami kekhawatiran itu sepenuhnya.
Bayangan saya saat itu, hampir semua makanan Jepang pasti mengandung babi atau bahan yang tidak halal.
Saya sempat membayangkan akan kesulitan makan, harus mencari restoran halal jauh-jauh, atau menempuh beberapa stasiun hanya untuk membeli ayam halal.
Dalam benak saya, butuh waktu bertahun-tahun sampai bisa makan dengan tenang di Jepang.
Baca juga:
Setelah beberapa waktu tinggal di Jepang, saya menyadari bahwa kekhawatiran itu tidak sepenuhnya benar.
Hari demi hari, anggapan saya terbukti salah.
Saya justru terkejut melihat betapa mudahnya menemukan makanan halal di Jepang.
Pilihan restorannya jauh lebih beragam dari yang saya bayangkan.
Suatu hari saya pernah ingin makan makanan Tionghoa dan sempat merasa sedih karena mengira mustahil menemukan versi halalnya.
Namun, saya keliru.
Bukan hanya satu, saya menemukan tiga sampai empat restoran Tionghoa halal di Jepang.
Selain itu, banyak restoran dari negara lain seperti Turki, India, Indonesia, hingga Malaysia yang sudah memiliki sertifikasi halal atau menyediakan menu halal.
Bahkan beberapa restoran Jepang mulai menawarkan menu halal untuk menyambut pelanggan Muslim.
Salah satu pengalaman paling berkesan saya temukan saat berkunjung ke Gunung Fuji.
Di sebuah kios makanan kecil, saya semula hanya berharap bisa membeli camilan biasa.
Namun, di luar dugaan, kios tersebut menjual makanan halal lengkap dengan logo sertifikasi halal yang jelas terlihat.
Momen itu membuat saya benar-benar tersadar bahwa kesadaran halal di Jepang sudah meluas, tidak hanya di Tokyo atau kota besar lain.
Wisatawan Muslim kini bisa merasa lebih tenang karena opsi makanan halal juga tersedia di tempat wisata populer.
Seperti banyak orang lainnya, saya juga sering memasak di rumah untuk menghemat biaya hidup.
Sebelum datang ke Jepang, saya pikir mencari bahan makanan halal akan jadi tantangan terbesar.
Saya membayangkan harus pergi tiga atau empat stasiun hanya untuk menemukan pasar halal.
Ternyata, saya salah lagi.
Tidak jauh dari apartemen saya, ada Gyoumu Supermarket, jaringan swalayan yang bisa ditemukan hampir di seluruh Jepang.
Mereka menjual ayam serta produk halal bersertifikat.
Perasaan lega langsung muncul saat pertama kali melihat label halal di rak pendingin.
Selain itu, Tokyo juga memiliki banyak toko bahan makanan Asia yang menjual produk dari berbagai negara, termasuk Indonesia.
Ada sambal, mi instan, bumbu dapur, bahkan sate beku—semuanya halal dan familiar.
Rasanya seperti menemukan potongan kecil dari rumah di tengah kota asing.
Kehati-hatian dalam memilih makanan adalah hal wajar bagi umat Muslim yang tinggal di luar negeri.
Mencari makanan halal di Jepang kadang memang butuh usaha, tetapi tidak sesulit yang saya bayangkan dulu.
Jumlah restoran dan toko yang ramah halal terus bertambah seiring meningkatnya jumlah pendatang dan wisatawan Muslim.
Upaya ini menunjukkan bahwa Jepang sedang bergerak menuju lingkungan yang lebih inklusif dan terbuka terhadap keberagaman budaya.
Kini, saya tidak lagi merasa cemas setiap kali makan di luar.
Sebaliknya, saya mulai menikmati keanekaragaman rasa yang ditawarkan Jepang, dari menu lokal hingga internasional, semua disiapkan secara halal.
Dulu saya mengira hidup halal di Jepang akan penuh kesulitan dan stres.
Namun kenyataannya, saya justru menemukan kenyamanan yang tidak saya duga.
Dari supermarket kecil di lingkungan sekitar hingga restoran di kota besar, dari Tokyo yang sibuk sampai kaki Gunung Fuji yang tenang, makanan halal bisa ditemukan di mana saja jika tahu tempatnya.
Bagi saya, ini menjadi tanda nyata bahwa Jepang semakin terbuka terhadap keberagaman dan menghormati nilai-nilai setiap orang.
Kini, saya bisa hidup, makan, dan menikmati Jepang tanpa rasa khawatir, satu hidangan halal pada satu waktu.
Disampaikan oleh: Langit, orang biasa yang menghargai hal kecil.