Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Place Introduction

Seru! Orang Jepang dan Indonesia Jalan-jalan Bareng ke Tempat Wisata di Jakarta

Kompas.com - 29/10/2025, 15:05 WIB

OHAYOJEPANG - Peserta asal Indonesia dan Jepang menjalin interaksi yang hangat melalui kegiatan wisata budaya di Jakarta.

Kunjungan ke berbagai ikon kota, seperti Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, dan Monas, menjadi sarana untuk memperkenalkan sejarah, tradisi, dan kebiasaan dan kebiasaan masing-masing.

Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengalaman edukatif, tetapi juga memperkuat toleransi, saling pengertian, dan hubungan antar peserta dari dua negara. 

Program tahunan Omoshiro Tour yang digagas oleh Japan Culture Center (JCC) kembali menjadi jembatan pertemanan sekaligus wadah belajar budaya.

Kegiatan ini memperlihatkan bagaimana interaksi lintas negara dapat menghadirkan pengalaman yang bermakna bagi seluruh peserta.

Baca Juga:

Menurut Dessy Junita, instructor di JCC yang juga sebagai penanggung jawab dalam kegiatan tersebut, tujuan utama tur ini bukan hanya sekadar jalan-jalan, melainkan membangun interaksi lintas budaya secara alami. 

“Konsepnya memang selalu kami buat supaya jadi wadah bagi peserta Indonesia dan Jepang untuk saling mengenal, jadi semua hal kami rancang agar mereka mau tidak mau berinteraksi, bahkan sejak duduk di dalam bus,” kata Dessy saat diwawancarai oleh Ohayo Jepang melalui WhatsApp pada Senin (27/10/2025).

Interaksi Dimulai Sejak di Dalam Bus

Hal menarik dari Omoshiro Tour adalah cara JCC merancang interaksi sejak perjalanan dimulai. 

Setiap peserta tidak diperbolehkan memilih kursi sendiri, melainkan sudah diatur agar peserta Indonesia duduk berdampingan dengan peserta Jepang.

Peserta Jepang dan Indonesia yang duduk bersama di dalam bus, dimana setiap kursi harus diisi oleh oleh peserta Jepang dan Indonesia tidak boleh dari negara yang sama.
Peserta Jepang dan Indonesia yang duduk bersama di dalam bus, dimana setiap kursi harus diisi oleh oleh peserta Jepang dan Indonesia tidak boleh dari negara yang sama.

Strategi sederhana ini ternyata berhasil mencairkan suasana dan mendorong mereka saling berbincang, baik dalam bahasa Jepang maupun Indonesia.

Dessy menjelaskan bahwa tim JCC bahkan menyiapkan berbagai permainan dan kuis selama perjalanan agar suasana tetap hidup.

Dalam bus, dua orang MC satu dari Indonesia dan satu dari Jepang memandu kuis dengan cara yang seru dan interaktif. 

“Kami sengaja membuat suasana di bus tidak hening dengan mengajak peserta ngobrol, ikut kuis, dan membuat suara lucu sesuai kelompok, misalnya menirukan suara hewan, supaya mereka bisa lebih lepas dan saling tertawa” ujarnya.

Berdasarkan hasil angket yang dibagikan setelah tur, sekitar 90 persen peserta menilai sesi di dalam bus sebagai bagian paling menyenangkan dari kegiatan. 

Mereka merasa bisa saling mengenal lebih dekat lewat permainan dan obrolan ringan di perjalanan.

Pilihan Rute Sarat Makna Budaya

Rute tur ini tidak ditentukan secara acak. 

JCC memilih lokasi-lokasi yang dianggap bisa memperlihatkan keunikan dan keragaman budaya Indonesia kepada peserta Jepang. 

Beberapa tempat yang dikunjungi antara lain Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, Museum Nasional, serta beberapa museum di kawasan Kota Tua.

Dessy mengungkapkan, Istiqlal dipertahankan sebagai destinasi tetap karena banyak peserta Jepang yang belum mengenal Islam secara langsung.

Mereka biasanya ingin tahu tentang tata cara beribadah dan arsitektur masjid. 

Di sisi lain, Gereja Katedral yang berada tepat di seberangnya juga menjadi simbol toleransi yang menarik bagi peserta.

Sementara itu, di Museum Nasional, peserta Jepang tampak antusias mencoba fitur interaktif yang menampilkan identitas etnis berdasarkan hasil pemindaian wajah. 

Peserta Jepang dan Indonesia sedang foto bersama di Museum Nasional, Jakarta.
Peserta Jepang dan Indonesia sedang foto bersama di Museum Nasional, Jakarta.

Belajar Toleransi dan Kehangatan ala Indonesia

Dessy menyebut, meski peserta Jepang dikenal pemalu dan cenderung berhati-hati, interaksi dengan peserta Indonesia membuat suasana menjadi lebih cair. 

Orang Indonesia yang mudah bergaul dan terbuka membantu menciptakan keakraban. 

Dalam banyak momen, para peserta bahkan saling bercanda dan tertawa bersama selama kegiatan berlangsung.

Peserta Jepang dan Indonesia sedang foto bersama di kawasan Masjid Istiqlal, Jakarta.
Peserta Jepang dan Indonesia sedang foto bersama di kawasan Masjid Istiqlal, Jakarta.

Menurut Dessy, keramahan dan spontanitas peserta Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta Jepang. 

Dalam salah satu permainan, setiap kelompok harus menjawab pertanyaan kuis dengan menirukan suara hewan sebagai “bel” jawaban. 

“Lucunya, orang Jepang yang biasanya pendiam pun ikut teriak menirukan suara hewan, ikut tertawa bareng peserta Indonesia,” ungkapnya.

Mencicipi Budaya Lewat Makanan Padang

Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi peserta Jepang adalah saat makan siang di restoran Padang. 

Pihak JCC sengaja meminta pelayan menyajikan makanan dengan cara tradisional.

Yaitu menumpuk piring di satu tangan agar peserta dapat melihat langsung keunikan budaya Indonesia.

Reaksi peserta Jepang pun beragam, mulai dari kagum hingga penasaran mencoba makan dengan tangan. 

Meski sebagian meminta sarung tangan plastik, banyak yang akhirnya mencoba langsung tanpa sendok.

Peserta asal Jepang dan Indonesia berfoto bersama di depan restoran Padang, tempat mereka menikmati hidangan bersama.
Peserta asal Jepang dan Indonesia berfoto bersama di depan restoran Padang, tempat mereka menikmati hidangan bersama.

Mereka tertawa, berkeringat karena pedas, tapi tetap menikmati pengalaman baru itu.

Dessy mengatakan, sebagian besar peserta memberikan tanggapan positif, bahkan tidak mempermasalahkan harga makanan atau cuaca panas sepanjang tur. 

Mereka menilai semua pengalaman tersebut sebagai bagian dari petualangan mengenal Indonesia.

Melalui kegiatan ini, JCC berharap Omoshiro Tour dapat terus menjadi ruang pertemuan lintas budaya yang positif. 

Selain memperkenalkan budaya Indonesia kepada warga Jepang, kegiatan ini juga menjadi cara efektif bagi JCC untuk mempererat hubungan antar peserta dan mempromosikan lembaga mereka.

Dessy menambahkan, setelah beberapa tahun tertunda akibat pandemi, tahun ini menjadi titik awal bagi JCC untuk kembali aktif mengadakan kegiatan luar ruang. 

Ia berharap ke depan, tur serupa bisa terus berlanjut dengan rute dan konsep yang disesuaikan, agar semakin banyak peserta yang bisa merasakan manfaatnya.

“Harapan kami, Omoshiro Tour bisa terus jadi wadah positif bagi orang Jepang dan Indonesia untuk saling mengenal dan belajar budaya satu sama lain, supaya lahir hubungan yang hangat dan saling menghargai,” tutup Dessy.

(PENULIS: KOMPAS.COM/PITRI NOVIYANTI)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.