Dessy menjelaskan bahwa tim JCC bahkan menyiapkan berbagai permainan dan kuis selama perjalanan agar suasana tetap hidup.
Dalam bus, dua orang MC satu dari Indonesia dan satu dari Jepang memandu kuis dengan cara yang seru dan interaktif.
“Kami sengaja membuat suasana di bus tidak hening dengan mengajak peserta ngobrol, ikut kuis, dan membuat suara lucu sesuai kelompok, misalnya menirukan suara hewan, supaya mereka bisa lebih lepas dan saling tertawa” ujarnya.
Berdasarkan hasil angket yang dibagikan setelah tur, sekitar 90 persen peserta menilai sesi di dalam bus sebagai bagian paling menyenangkan dari kegiatan.
Mereka merasa bisa saling mengenal lebih dekat lewat permainan dan obrolan ringan di perjalanan.
Rute tur ini tidak ditentukan secara acak.
JCC memilih lokasi-lokasi yang dianggap bisa memperlihatkan keunikan dan keragaman budaya Indonesia kepada peserta Jepang.
Beberapa tempat yang dikunjungi antara lain Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, Museum Nasional, serta beberapa museum di kawasan Kota Tua.
Dessy mengungkapkan, Istiqlal dipertahankan sebagai destinasi tetap karena banyak peserta Jepang yang belum mengenal Islam secara langsung.
Mereka biasanya ingin tahu tentang tata cara beribadah dan arsitektur masjid.