Di sisi lain, Gereja Katedral yang berada tepat di seberangnya juga menjadi simbol toleransi yang menarik bagi peserta.
Sementara itu, di Museum Nasional, peserta Jepang tampak antusias mencoba fitur interaktif yang menampilkan identitas etnis berdasarkan hasil pemindaian wajah.

Dessy menyebut, meski peserta Jepang dikenal pemalu dan cenderung berhati-hati, interaksi dengan peserta Indonesia membuat suasana menjadi lebih cair.
Orang Indonesia yang mudah bergaul dan terbuka membantu menciptakan keakraban.
Dalam banyak momen, para peserta bahkan saling bercanda dan tertawa bersama selama kegiatan berlangsung.

Menurut Dessy, keramahan dan spontanitas peserta Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta Jepang.
Dalam salah satu permainan, setiap kelompok harus menjawab pertanyaan kuis dengan menirukan suara hewan sebagai “bel” jawaban.
“Lucunya, orang Jepang yang biasanya pendiam pun ikut teriak menirukan suara hewan, ikut tertawa bareng peserta Indonesia,” ungkapnya.
Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi peserta Jepang adalah saat makan siang di restoran Padang.
Pihak JCC sengaja meminta pelayan menyajikan makanan dengan cara tradisional.