Perusahaan besar atau internasional juga cenderung menerapkan aptitude test sebagai bagian dari tahapan rekrutmen.
Program magang yang disponsori pemerintah Jepang, seperti METI, juga sering menyertakan online assessment dalam proses seleksi.
Sebaliknya, magang di bidang kreatif atau bisnis umum biasanya tidak mewajibkan tes matematika, namun tetap disarankan untuk membaca detail lowongan sebelum melamar.
Dengan memahami pola ini, pelamar bisa menyiapkan diri lebih baik dan menghindari kejutan saat proses seleksi dimulai.
Tes matematika tidak diadakan tanpa alasan karena tujuannya berkaitan langsung dengan budaya dan kebutuhan kerja di Jepang.
Pertama, perusahaan ingin menilai kemampuan logika dan pemecahan masalah, terutama bagi posisi yang berhubungan dengan data atau perhitungan teknis.
Kedua, masa magang di Jepang tergolong singkat, sehingga perusahaan membutuhkan peserta yang dapat beradaptasi cepat dan langsung produktif.
Ketiga, dalam konteks globalisasi, tes ini menjadi alat pembanding yang objektif di antara pelamar dari berbagai negara.
Keempat, sistem rekrutmen di Jepang memang sudah lama mengandalkan tes kemampuan dasar, diskusi kelompok, dan wawancara bertahap, bahkan untuk magang.
Dengan kata lain, tes matematika magang Jepang merupakan bagian dari sistem seleksi yang terstruktur dan tidak bisa diabaikan.