Setiap gigitan menjadi cara menikmati Jepang yang lebih dalam—melalui rasa, bukan sekadar pandangan.
Di berbagai daerah, musim gugur juga menjadi waktu bagi masyarakat Jepang untuk merayakan hasil panen.
Festival panen, ritual kuil, dan pameran budaya digelar di berbagai wilayah untuk menyampaikan rasa syukur kepada alam.
Panduan perjalanan resmi Jepang menyebutkan bahwa berbagai matsuri atau festival diadakan sebagai bentuk doa bagi hasil bumi yang baik dan perayaan kebersamaan.
Pawai kuil, lentera, pertunjukan rakyat, hingga stan makanan lokal menjadi bagian dari suasana ini; bukan sebagai tontonan, tetapi sebagai tradisi hidup.
Bagi wisatawan, liburan ke Jepang di musim gugur terasa lebih partisipatif.
Kegiatan seperti menyaksikan upacara di kuil, berjalan di jalur berlampu lentera di bawah daun merah, atau mendengarkan lagu rakyat di senja hari memberi pengalaman yang lebih intim.
Di musim ini, pelancong bukan sekadar penonton, tetapi bagian dari dialog musiman antara alam, manusia, dan tradisi.
Pada Oktober 2024, Jepang mencatat rekor kunjungan sebanyak 3,31 juta wisatawan asing.
Lonjakan ini sebagian besar dipicu oleh keindahan dedaunan musim gugur yang menarik perhatian wisatawan dari berbagai negara.