Makna simbolis ini sudah lama hidup dalam seni dan sastra Jepang.
Dalam antologi puisi kuno Man’yōshū yang disusun sekitar tahun 759, pohon maple digambarkan sebagai lambang keindahan alam yang memancarkan ketenangan dan rasa syukur terhadap perubahan.
Makna tersebut tetap hidup hingga ribuan tahun kemudian dan terus menginspirasi banyak seniman serta penyair Jepang.
Salah satunya adalah Katsushika Hokusai yang melukiskan daun maple merah yang terapung di Sungai Tatsuta dalam karya ukiyo-e miliknya.

Salah satu tradisi tertua dan paling khas dari musim gugur di Jepang adalah momijigari, yang berarti berburu daun maple.
Tradisi ini sudah ada sejak periode Edo (1603–1868).
Seiring waktu, kegiatan ini menjadi kebiasaan nasional yang dinantikan oleh masyarakat Jepang setiap tahunnya.
Pada masa kini, momijigari tetap menjadi cara masyarakat Jepang menikmati musim gugur.
Biasanya, pemandangan paling indah dapat dinikmati dari pertengahan September hingga awal Desember, tergantung wilayahnya.
Di Hokkaido, perubahan warna daun dimulai lebih awal, sekitar pertengahan September, sementara di Tokyo dan Kyoto biasanya mencapai puncaknya pada akhir November.