Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Budaya Lokal

Apa Itu Karoshi dan Ikigai? Mencuat Usai Pernyataan 'Kerja Bagai Kuda' PM Jepang Sanae Takaichi

Kompas.com - 25/10/2025, 14:55 WIB

OHAYOJEPANG – Pernyataan Perdana Menteri baru Jepang, Sanae Takaichi, menuai reaksi beragam setelah ia menyatakan akan membuang frasa worklife balance dan berjanji untuk kerja, kerja, dan kerja. 

Melansir The Mainichi, ucapan tersebut memicu perdebatan di tengah masyarakat Jepang yang masih berjuang memperbaiki budaya kerja ekstrem yang kerap dikaitkan dengan istilah karoshi (kematian karena kelelahan kerja). 

Di saat yang sama, Jepang juga berupaya mempertahankan nilai ikigai, yaitu makna hidup yang seimbang antara pekerjaan, keluarga, dan kebahagiaan pribadi.

Baca juga:

Apa Itu Karoshi dan Ikigai?

Melansir Nippon.com, istilah karōshi atau kematian karena kelelahan kerja muncul pada paruh akhir 1970-an.

Ketika sejumlah dokter Jepang mulai menggunakan istilah itu untuk menggambarkan kematian mendadak akibat stres dan tekanan kerja berlebihan. 

Penyebab utama karōshi antara lain stroke, penyakit jantung, kasus berat asma, hingga bunuh diri.

Meskipun pemerintah mencatat ratusan kasus setiap tahun, banyak ahli menilai jumlah sebenarnya jauh lebih besar.

Banyak kasus tidak berujung pada kematian, tetapi menyebabkan gangguan kesehatan serius.

Fenomena ini mencerminkan budaya kerja Jepang yang masih menilai jam kerja panjang sebagai tanda dedikasi, meski berdampak negatif terhadap kesejahteraan pekerja.

Melansir dari JAPANGOV, definisi dari Ikigai merupakan konsep yang merujuk pada hal-hal yang memberikan nilai dan kebahagiaan dalam hidup.

Mulai dari orang-orang, seperti anak-anak atau teman-teman, hingga aktivitas seperti pekerjaan dan hobi.

Ikigai menggambarkan semangat atau tujuan yang memberi arti dan kebahagiaan dalam kehidupan.

Ikigai bisa berasal dari hal sederhana seperti hubungan dengan orang lain, pekerjaan, atau hobi yang membuat hidup terasa berarti.

Memiliki ikigai adalah kunci untuk hidup bahagia dengan tubuh dan pikiran yang sehat.

Menemukan makna hidupmu. Dalam budaya Jepang, hal itu disebut ikigai.
Menemukan makna hidupmu. Dalam budaya Jepang, hal itu disebut ikigai.

Latar Sosial di Balik Fenomena Karōshi

Fenomena karōshi dipengaruhi oleh tiga faktor sosial utama. 

Pertama, budaya kerja panjang di Jepang sudah berakar lebih dari satu setengah abad.

Sejak Restorasi Meiji 1868, masyarakat Jepang bekerja keras untuk menyamai kekuatan industri Barat. 

Dan setelah Perang Dunia II, lembur panjang menjadi simbol dedikasi terhadap kemajuan negara. 

Karena sudah begitu mengakar, menghapus budaya kerja berlebihan ini memerlukan komitmen besar dari pemerintah dan perusahaan.

Kedua, struktur perusahaan di Jepang berfungsi seperti komunitas yang menuntut loyalitas penuh dari para pekerja. 

Mereka diharapkan mengutamakan kepentingan perusahaan di atas kebutuhan pribadi. 

Kondisi ini diperparah oleh lemahnya serikat pekerja yang tidak mampu mendorong reformasi ketenagakerjaan yang berarti.

Ketiga, kemudahan layanan bagi konsumen di Jepang menambah beban besar bagi industri jasa. 

Budaya layanan 24 jam dan pengiriman cepat memang memberi kenyamanan bagi pelanggan, tetapi membuat pekerja di sektor ini harus berjaga sepanjang malam atau bekerja tanpa istirahat. 

Akibatnya, kasus karōshi meningkat di kalangan pekerja jasa seperti kurir dan pegawai toko.

Upaya Menghentikan Karōshi

Kesadaran publik terhadap bahaya karōshi meningkat berkat peran kelompok warga yang beranggotakan keluarga korban. 

Untuk menghapus budaya kerja berlebihan, ada tiga langkah utama yang dianggap perlu.

Pertama, para manajer perusahaan Jepang harus meninggalkan keyakinan keliru bahwa jam kerja panjang identik dengan produktivitas. 

Negara seperti Jerman dan Swedia membuktikan bahwa efisiensi tidak harus berarti bekerja lebih lama. 

Kedua, pemerintah harus lebih serius mengalokasikan sumber daya dan memperketat pengawasan terhadap pelanggaran jam kerja. 

Terakhir, masyarakat memiliki peran penting dalam mengubah budaya kerja dengan mendukung hak-hak pekerja dan menolak praktik yang tidak adil.

Perubahan juga bisa dimulai dari kebiasaan konsumsi yang lebih bijak agar tidak membebani tenaga kerja di sektor layanan.

Langkah konkret untuk mencegah karōshi membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat. 

Tujuannya agar budaya kerja Jepang di masa depan tidak lagi mengorbankan kesehatan dan kehidupan manusia demi produktivitas semata.

Aktivitas dan Keterlibatan Sosial Menjadi Kunci Ikigai

Kebiasaan untuk terus bekerja atau menikmati hobi juga menjadi ciri khas banyak lansia di Jepang. 

Pemerintah Jepang mendorong warga lanjut usia untuk tetap aktif melalui pekerjaan, hobi, dan kegiatan sosial. 

Dorongan ini berangkat dari keyakinan bahwa keterlibatan aktif dapat menjaga kesehatan fisik dan mental, sekaligus memberi rasa tujuan dalam hidup.

Manusia tidak membutuhkan hidup tanpa tekanan, melainkan perjuangan untuk mencapai tujuan yang bermakna.

Jika makna dan nilai positif dari kata ikigai terus diwariskan lintas generasi, konsep ini berpotensi menjadi istilah universal yang melambangkan kehidupan yang bermakna dan penuh kepuasan.

Sumber:

  • The Mainichi (https://mainichi.jp/english/articles/20251022/p2a/00m/0na/012000c)
  • Nippon.com (https://www.nippon.com/en/currents/d00310/)
  • JAPANGOV (https://www.japan.go.jp/kizuna/2022/03/ikigai_japanese_secret_to_a_joyful_life.html) 

(PENULIS: KOMPAS.COM/PITRI NOVIYANTI)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.