Mereka diharapkan mengutamakan kepentingan perusahaan di atas kebutuhan pribadi.
Kondisi ini diperparah oleh lemahnya serikat pekerja yang tidak mampu mendorong reformasi ketenagakerjaan yang berarti.
Ketiga, kemudahan layanan bagi konsumen di Jepang menambah beban besar bagi industri jasa.
Budaya layanan 24 jam dan pengiriman cepat memang memberi kenyamanan bagi pelanggan, tetapi membuat pekerja di sektor ini harus berjaga sepanjang malam atau bekerja tanpa istirahat.
Akibatnya, kasus karōshi meningkat di kalangan pekerja jasa seperti kurir dan pegawai toko.
Kesadaran publik terhadap bahaya karōshi meningkat berkat peran kelompok warga yang beranggotakan keluarga korban.
Untuk menghapus budaya kerja berlebihan, ada tiga langkah utama yang dianggap perlu.
Pertama, para manajer perusahaan Jepang harus meninggalkan keyakinan keliru bahwa jam kerja panjang identik dengan produktivitas.
Negara seperti Jerman dan Swedia membuktikan bahwa efisiensi tidak harus berarti bekerja lebih lama.
Kedua, pemerintah harus lebih serius mengalokasikan sumber daya dan memperketat pengawasan terhadap pelanggaran jam kerja.