 
                                    
                                OHAYOJEPANG – Pernyataan Perdana Menteri baru Jepang, Sanae Takaichi, menuai reaksi beragam setelah ia menyatakan akan membuang frasa worklife balance dan berjanji untuk kerja, kerja, dan kerja.
Melansir The Mainichi, ucapan tersebut memicu perdebatan di tengah masyarakat Jepang yang masih berjuang memperbaiki budaya kerja ekstrem yang kerap dikaitkan dengan istilah karoshi (kematian karena kelelahan kerja).
Di saat yang sama, Jepang juga berupaya mempertahankan nilai ikigai, yaitu makna hidup yang seimbang antara pekerjaan, keluarga, dan kebahagiaan pribadi.
Baca juga:
Melansir Nippon.com, istilah karōshi atau kematian karena kelelahan kerja muncul pada paruh akhir 1970-an.
Ketika sejumlah dokter Jepang mulai menggunakan istilah itu untuk menggambarkan kematian mendadak akibat stres dan tekanan kerja berlebihan.
Penyebab utama karōshi antara lain stroke, penyakit jantung, kasus berat asma, hingga bunuh diri.
Meskipun pemerintah mencatat ratusan kasus setiap tahun, banyak ahli menilai jumlah sebenarnya jauh lebih besar.
Banyak kasus tidak berujung pada kematian, tetapi menyebabkan gangguan kesehatan serius.
Fenomena ini mencerminkan budaya kerja Jepang yang masih menilai jam kerja panjang sebagai tanda dedikasi, meski berdampak negatif terhadap kesejahteraan pekerja.
Melansir dari JAPANGOV, definisi dari Ikigai merupakan konsep yang merujuk pada hal-hal yang memberikan nilai dan kebahagiaan dalam hidup.