OHAYOJEPANG - Suasana gelap langsung menyelimuti begitu langkah pertama memasuki area Rumah Misteri Junji Ito di Senayan Park, Jakarta.
Hanya ada satu pemandu yang membawa lampion kecil berwarna putih remang-remang, menjadi satu-satunya sumber cahaya menuju pintu masuk.
Begitu pemandu selesai mengantar ke pintu masuk, pengunjung harus melanjutkan sendiri petualangan ke dalam rumah misteri.
Rumah misteri dirancang untuk menghadirkan pengalaman horor psikologis khas Junji Ito.
Baca Juga:

Rumah Misteri Junji Ito memiliki dua jalur berbeda, yaitu jalur A untuk pengalaman paling menyeramkan dan jalur B lebih ramah bagi pengunjung penakut.
Kali ini, saya mencoba jalur A terlebih dahulu yaitu jalur yang dikenal sebagai rute paling ekstrim.
Sebelum masuk lebih dalam, pengunjung diminta menunggu di sebuah ruangan yang diterangi cahaya lilin.
Di sinilah suasana tegang mulai terasa.
Efek suara-suara misterius membuat ruangan itu seolah hidup.
Tak lama kemudian, muncul kejutan tak terduga dari salah satu sisi ruangan, menimbulkan reaksi spontan dari semua orang.
Setiap kelompok di jalur A terdiri dari empat hingga enam orang.
Kami diwajibkan memegang seutas tali yang terhubung agar tidak terpisah di dalam lorong gelap.
Saat melangkah perlahan di antara pintu-pintu yang tampak serupa, detak jantung terasa semakin cepat.

Lorong-lorong sempit itu dihiasi karya visual khas Junji Ito yang diproyeksikan dalam pencahayaan redup.
Creative Project Manager Rumah Misteri Junji Ito, Calvin menjelaskan bahwa pengalaman semacam ini memang dirancang untuk menggugah ketegangan batin pengunjung tanpa menggunakan kejutan berlebihan.
“Tidak ada jumpscare atau sentuhan langsung ke pengunjung, kami lebih menonjolkan ketegangan psikologis lewat gambar, pencahayaan, dan suara mistis yang memperkuat suasana,” kata Calvin saat diwawancarai oleh Ohayo Jepang di Rumah Misteri Junji Ito, Senayan Park, Jakarta pada Kamis (23/10/2025).
Beberapa aktor yang berperan sebagai karakter dari karya Junji Ito juga muncul di sepanjang perjalanan.
Dengan gerakan yang ekspresif dan suara parau, mereka menciptakan kesan mencekam tanpa perlu menyentuh pengunjung.
Walau menegangkan, interaksi tetap terjaga aman sesuai konsep pameran.

Usai melewati jalur A, saya melanjutkan ke jalur B yang disebut lebih ramah penakut.
Namun, ternyata jalur ini justru menghadirkan sensasi berbeda bukan dari kegelapan, melainkan dari atmosfer yang menipu tenang.
Pencahayaannya memang lebih terang, tapi efek suara yang muncul justru membuat bulu kuduk berdiri.
Dari kejauhan terdengar suara kucing mengeong dan anjing menggonggong bersahut-sahutan.
Di beberapa titik, deretan manekin berdiri diam di bawah cahaya temaram, menciptakan ilusi seolah mereka hidup dan mengawasi langkah pengunjung.

Menurut Calvin, perbedaan antara dua jalur ini dibuat agar semua orang bisa menikmati karya Junji Ito tanpa merasa terbebani oleh rasa takut berlebihan.
“Kami ingin semua orang bisa menikmati sisi artistik dari karya Junji Ito, tidak hanya merasakan ketakutannya, tetapi juga melihat keindahan visual dan detail kisah di dalamnya,” ujarnya.
Meski jalur B terasa lebih ringan, intensitas psikologisnya tetap terasa.
Jika jalur A mengguncang lewat kegelapan dan keheningan, maka jalur B mengusik lewat imajinasi membuat pengunjung bertanya-tanya mana yang nyata dan mana yang tidak.

Selepas menempuh dua jalur misteri, pengunjung akan diarahkan menuju jalur C, yaitu area pameran.
Disini suasananya berubah drastis lebih terang dan tenang.
Area ini menampilkan karya Junji Ito dalam bentuk lukisan dua dimensi dan instalasi tiga dimensi yang menggambarkan detail dunia kelam sang ilustrator.
Nuansa warna yang digunakan tetap mempertahankan nuansa khas Junji Ito yaitu suram, kontras, dan menekan, namun tetap memikat secara visual.
Ruang ini menjadi tempat ideal untuk merenung setelah melewati ketegangan di dua jalur sebelumnya, sekaligus memahami sisi artistik dari karya yang selama ini dikenal lewat kengerian psikologisnya.

Ini merupakan pengalaman pertama saya masuk ke rumah horor seperti ini.
Sebagai orang yang penakut, awalnya saya ragu untuk mencoba.
Walaupun Rumah Misteri Junji Ito tidak banyak menghadirkan jumpscare, bagi saya suasananya tetap menegangkan dan penuh adrenalin.
Setiap langkah di lorong gelap memberi sensasi yang sulit dijelaskan, tetapi juga membuat penasaran untuk melangkah lebih jauh.
Sebelum masuk ke wahana, suasana antrean sudah dipenuhi pengunjung yang terlihat antusias.
Dua jalur A dan B ramai didatangi orang yang ingin mencoba tantangan masing-masing.
Namun, jalur A tampak paling diminati.
Banyak yang mengantre di sana, mulai dari tamu undangan, media, influencer, hingga beberapa pengunjung yang datang dalam balutan kostum cosplay.
Dari luar, sesekali terdengar teriakan ketakutan dari mereka yang sudah lebih dulu masuk.
Bahkan ketika keluar, beberapa pengunjung masih terlihat shock, wajahnya tegang namun sekaligus puas.
Bagi saya yang biasanya menghindari tempat horor, Rumah Misteri Junji Ito justru terasa layak untuk dikunjungi.
Rute tiap jalur memang tidak terlalu panjang, tapi pengalaman yang didapat sulit dilupakan.
Setiap sudut terasa seperti membawa saya masuk ke dunia yang selama ini hanya bisa saya lihat lewat gambar.
Rumah Misteri Junji Ito di Senayan Park tidak hanya sekadar menjadi wahana horor, melainkan pengalaman seni yang memadukan ketegangan, imajinasi, dan estetika visual dalam satu ruang.
Konsep tersebut mampu menantang persepsi pengunjung, terutama bagi mereka yang baru pertama kali berani menjelajahi dunia misteri karya sang maestro.
(PENULIS: KOMPAS.COM/PITRI NOVIYANTI)