Ada yang bertanya, “Boneka ini sudah menemani saya sejak kecil, bagaimana saya harus melepaskannya?”
Ada pula yang mengaku tidak tega membuang boneka ke tempat sampah, karena merasa seolah membuang kenangan.
Hakkouden lalu mendengarkan suara itu dan memutuskan untuk menghadirkan wadah spiritual bagi masyarakat, tempat mereka bisa berpisah dengan boneka secara layak dan penuh makna.
Perlahan, ritual ini tumbuh menjadi tradisi yang dinanti, hingga akhirnya dikenal luas dengan sebutan “jika berbicara tentang pemakaman boneka, pasti Hakkouden” di kalangan warga Yao.
Kini, bukan hanya warga Osaka, melainkan juga masyarakat dari luar prefektur datang untuk mengikuti upacara yang dianggap membawa ketenangan hati ini.
Setiap tahun, aula tempat upacara diadakan dipenuhi boneka dalam berbagai bentuk dan ukuran, berdiri diam seolah turut menghadiri momen terakhir mereka sendiri.
Dalam pandangan budaya Jepang, boneka bukan sekadar benda hias.
Boneka dipercaya memiliki jiwa karena telah menyimpan kenangan, doa, dan perasaan orang yang memilikinya.
Filosofi itu yang membuat masyarakat Jepang memberi perlakuan khusus pada boneka, bahkan saat tak lagi digunakan.
Hakkouden memegang teguh nilai ini dan berkomitmen untuk meneruskannya ke generasi berikutnya.