OHAYOJEPANG - Acara Cosplay Mega Expo 2025 sukses diadakan di Stadion utama Gelora Bung Karno (GBK) pada Minggu 18-19 Oktober.
Di mana-mana terlihat orang mengenakan kostum karakter dari anime, game, hingga film.
Bagi saya, jurnalis Ohayo Jepang Kompas.com, ini adalah pengalaman pertama datang ke acara cosplay berskala besar.
Baca Juga:
Selama ini saya hanya melihat cosplay dari media sosial foto-foto cosplayer dengan kostum rapi dan ekspresi percaya diri.
Namun ketika datang langsung, suasananya jauh berbeda.
Sorak, musik, dan tawa membuat atmosfernya terasa hidup.
Cosplay Expo tahun ini terasa istimewa karena untuk pertama kalinya digelar di Stadion Utama GBK.
Sebelumnya, acara serupa biasanya diadakan di pusat perbelanjaan yaitu di Eastvara BSD, Tangerang.
Perubahan lokasi ini membuat acaranya terasa lebih besar dan tertata.
Personal assistant event director dari Cosplay Production Fatir mengatakan bahwa event ini pertama kali dilaksanakan di venue yang kapasitasnya besar.
“Kalau tahun lalu masih di mall, sekarang di GBK, dan ini event pertama kita di venue sebesar ini,” ujar Fatir saat diwawancarai oleh Ohayo Jepang dalam acara Cosplay Mega Expo 2025 di Stadion utama GBK pada Minggu (19/10/2025).
Menurut Fatir, perubahan skala ini membawa tantangan baru, tapi juga memperlihatkan perkembangan komunitas cosplay di Indonesia.
“Sekarang antusiasmenya makin besar, pengunjung sehari bisa sampai 2.500 orang,” katanya.
Dan memang terasa begitu.
Sejauh mata memandang, ribuan orang memenuhi area acara.
Beberapa duduk santai di tangga-tangga stadion sambil berbincang, sementara yang lain sibuk berfoto dengan cosplayer yang berlalu-lalang.
Hal paling menarik bagi saya adalah suasananya yang inklusif.
Orang-orang datang dari berbagai usia seperti remaja, mahasiswa, hingga keluarga dengan anak kecil.
Semua tampak menikmati acara tanpa merasa canggung.
“Banyak juga yang datang bareng orang tua, terutama anak-anak di bawah 15 tahun, tapi kami atur supaya mereka tetap didampingi,” kata Fatir.
Saya juga sempat berbincang dengan beberapa pengunjung muda yang terlihat antusias.
Mereka mengaku baru pertama kali ikut acara sebesar ini dan ingin melihat langsung cosplayer favorit mereka.
Melihat semangat mereka, saya paham kenapa dunia cosplay bisa tumbuh cepat di Indonesia.
Fatir bercerita, saat mulai aktif di dunia cosplay sekitar 2010, semua masih serba terbatas.
Kostum harus dijahit sendiri, bahan sulit dicari, dan tidak banyak tempat untuk tampil.
“Sekarang beda banget, udah banyak toko dan marketplace yang jual perlengkapan cosplay bahkan ada jasa sewa kostum juga,” katanya.
Perkembangan ini membuat cosplay jadi lebih mudah diakses.
Tidak lagi butuh kemampuan menjahit atau modal besar.
Cukup punya niat dan keberanian untuk tampil.
Saya melihatnya sendiri beberapa peserta tampil dengan kostum detail buatan tangan, sementara yang lain memakai kostum sederhana tapi tetap percaya diri.
Semua disambut dengan apresiasi yang sama.
Tidak ada kompetisi berlebihan, yang ada justru saling dukung dan berbagi tips.
Sebagai acara pertama dalam skala besar, Fatir mengatakan bahwa masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dari penyelenggaraan tahun ini.
Ia menambahkan, panitia berharap acara berikutnya bisa berjalan lebih matang dan memberikan pengalaman yang lebih nyaman bagi semua pihak.
Tahun ini, Cosplay Expo juga menghadirkan cosplayer internasional.
Kehadiran tamu internasional itu bukan keputusan spontan, melainkan hasil kurasi dari berbagai komunitas yang juga diikuti oleh panitia.
“Untuk tamu-tamu yang diundang itu kami kurasi dari beberapa pertimbangan dari komunitas-komunitas yang kami juga bagian di dalamnya,” katanya.
Dari proses kurasi itu, panitia akhirnya memutuskan untuk mengundang empat cosplayer internasional yang tampil selama dua hari acara.
“Ada yang dari Singapura, Thailand, dan Mainland (Tiongkok),” jelas Fatir.
Namun, tidak semua undangan bisa hadir sesuai rencana.
Salah satu cosplayer asal Tiongkok dikabarkan batal datang karena terkendala proses administrasi dan regulasi imigrasi.
“Mungkin ada beberapa larangan atau restriksi dari negara asalnya yang tidak bisa kami penuhi dari pihak panitia,” ujar Fatir.
Ia juga berharap komunitas cosplay di Indonesia terus berkembang dan semakin percaya diri.
“Cosplayer lokal itu banyak yang berbakat, kita ingin mereka makin berani tampil dan bisa bersaing dengan cosplayer internasional,” tambahnya.
Menjelang sore, suasana GBK masih ramai.
Musik dari panggung utama masih terdengar, dan para cosplayer tetap melayani pengunjung yang ingin berfoto.
Sebagai pengalaman pertama, Cosplay Mega Expo 2025 memberi saya gambaran langsung tentang bagaimana komunitas ini tumbuh dan beradaptasi.
Bukan hanya soal kostum atau karakter, tapi tentang semangat orang-orang yang ingin mengekspresikan diri lewat hal yang mereka sukai.
Di tengah keramaian itu, saya akhirnya mengerti cosplay bukan sekadar hobi, tapi ruang untuk merasa diterima dan bersenang-senang bersama.
(PENULIS: KOMPAS.COM/PITRI NOVIYANTI)