OHAYOJEPANG - Kappa merupakan salah satu makhluk legendaris yang paling dikenal dalam mitologi Jepang.
Sosoknya kerap digambarkan sebagai makhluk air berukuran kecil dengan wujud menyerupai manusia dan kura-kura.
Dalam cerita rakyat, Kappa dipercaya hidup di sungai dan kolam, serta sering muncul dalam kisah-kisah masyarakat setempat yang diwariskan turun-temurun.
Walau dikenal menyeramkan, Kappa juga menjadi bagian dari budaya Jepang yang unik dan memiliki makna simbolik tentang hubungan manusia dengan alam.
Baca Juga:
Kappa dalam cerita rakyat Jepang digambarkan sebagai makhluk air yang cerdik dan agak nakal, tapi tidak sejahat oni (iblis Jepang).
Orang Jepang umumnya membayangkan Kappa sebagai makhluk bertubuh hijau dan tidak berbulu, berbentuk seperti anak manusia.
Mereka memiliki piringan halus dan bulat di kepala mereka, dengan semacam rambut yang tumbuh di sekitarnya, serta paruh runcing seperti burung, yang sering berwarna kuning.
Melansir Britannica, wujudnya digambarkan seukuran anak berusia sekitar sepuluh tahun, berkulit kuning kehijauan, dan memiliki bentuk tubuh mirip monyet.
Namun, kulitnya tertutup sisik seperti ikan atau memiliki tempurung seperti kura-kura.
Ciri khas yang paling menonjol dari Kappa adalah cekungan di bagian atas kepalanya yang berisi air.
Air itu dipercaya sebagai sumber kekuatan magisnya kalau sampai tumpah, Kappa akan kehilangan kekuatannya.
Dalam banyak cerita, manusia bisa mengalahkan atau menenangkan Kappa dengan membuatnya membungkuk rendah hingga air di kepalanya tumpah.
Menariknya, Kappa juga dikenal sebagai makhluk yang menepati janji.
Jika sudah berjanji, ia akan menepatinya dengan sungguh-sungguh.
Selain itu, Kappa sangat menyukai mentimun.
Orang-orang dulu percaya cara paling aman untuk membuatnya tenang adalah dengan melemparkan mentimun ke sungai tempat Kappa tinggal.
Gambaran Kappa seperti yang dikenal masyarakat Jepang saat ini sebenarnya merupakan hasil perkembangan yang cukup baru, terbentuk sekitar abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
Sebelumnya, sosok Kappa memiliki banyak versi berbeda di setiap daerah, baik dalam bentuk maupun namanya.
Melansir Nippon.com, pada masa periode Edo (1603–1868), di kawasan Kamigata yang meliputi Kyoto dan Osaka, Kappa disebut kawatarō atau gataro.
Di wilayah Tōhoku, masyarakat menyebutnya medochi, sementara di Hokuriku dikenal sebagai mizushi.
Di daerah Chūgoku dan Shikoku, nama yang digunakan adalah enkō, dan di Kyūshū, mereka disebut hyōsube.
Hingga abad ke-18, Kappa sebenarnya belum dikenal sebagai makhluk bersisik atau menyerupai reptil seperti sekarang.
Dalam pandangan lama, Kappa justru dianggap sebagai mamalia, mirip monyet atau berang-berang yang hidup di sungai.
Salah satu sumber tertua yang mencatat keberadaan makhluk ini berasal dari Kagakushū atau Kumpulan Studi Rendah, sebuah kamus abad ke-15.
Di sana disebutkan bahwa berang-berang yang telah menua akan berubah menjadi kawarō, istilah yang dianggap sebagai bentuk awal dari nama Kappa.
Istilah kawarō juga muncul dalam kamus Jepang–Portugis yang disusun oleh para misionaris Jesuit di Nagasaki pada tahun 1603.
Dalam kamus tersebut, kawarō dijelaskan sebagai makhluk mirip monyet yang hidup di sungai.
Dari catatan-catatan inilah, gambaran Kappa perlahan bergeser dari sosok mamalia sungai menjadi makhluk air berpenampilan lebih menyerupai reptil atau amfibi seperti yang dikenal saat ini.
Kappa menjadi salah satu makhluk mitologi yang paling menonjol dalam daftar hantu dan makhluk menyeramkan Jepang.
Meski berasal dari cerita rakyat yang penuh misteri, sosok Kappa kini telah melekat dalam budaya populer.
Wujudnya sering muncul dalam karya seni, festival, hingga karakter dalam budaya modern Jepang.
Melansir GaijinPot, dalam kepercayaan Shinto, Kappa juga disebut anak sungai dihormati sebagai dewa air.
Patung atau ukiran sosoknya kadang ditemukan di kuil-kuil sebagai simbol penghormatan terhadap kekuatan alam dan sumber air.
Salah satu ciri khas Kappa yang paling dikenal adalah kecintaannya pada mentimun, yang bahkan menginspirasi nama kappa-maki, jenis sushi gulung isi mentimun.
Selain itu, Kappa dikenal sebagai makhluk yang tidak pernah melanggar janji, menjadikannya simbol kejujuran dalam cerita rakyat.
Namun, dalam versi legenda urban yang lebih kelam, Kappa digambarkan lebih menyeramkan.
Ia dikisahkan suka menarik anak-anak atau hewan yang mendekat ke air untuk kemudian ditenggelamkan.
Dalam versi ini, Kappa masih menyukai mentimun.
Namun, juga digambarkan memakan usus manusia mentah, menjadikannya makhluk yang berada di antara batas mitos, kepercayaan, dan ketakutan manusia terhadap alam liar.
Sumber:
Britannica (https://www.britannica.com/topic/Japanese-mythology)
Nippon.com (https://www.nippon.com/en/japan-topics/b02505/)
GaijinPot (https://blog.gaijinpot.com/7-scariest-japanese-ghosts-and-ghouls-to-haunt-your-dreams/)
(PENULIS: KOMPAS.COM/PITRI NOVIYANTI)