Awal Oktober, seorang turis asal Spanyol terluka setelah diserang anak beruang di desa warisan dunia Shirakawa, Prefektur Gifu.
Di Shiretoko, Hokkaido, jalur pendakian ditutup setelah terjadi serangan beruang fatal pada Agustus.
Meskipun daerah tersebut jauh dari wilayah yang termasuk dalam kebijakan baru, kejadian itu menunjukkan peningkatan perjumpaan dengan beruang di Jepang.
Situasi ini berpengaruh langsung pada keamanan dan citra destinasi wisata alam negara tersebut.
Beberapa wisatawan asing berharap pemerintah dapat memberikan informasi dan peringatan lebih cepat dalam bahasa Inggris, terutama melalui media sosial.
Arthur Santiago, turis asal Amerika Serikat yang berkunjung ke Shiretoko pada 22 September, mengatakan bahwa ia dan rombongannya menyadari risiko tersebut.
Mereka memilih bepergian bersama pemandu yang berpengalaman.
“Saya lebih khawatir seseorang mungkin akan menembak seekor beruang karena mereka takut demi melindungi saya,” ujar turis asal Inggris Catherine Phillipson.
Kekhawatiran ini menggambarkan dilema yang kini dihadapi Jepang.
Antara menjaga keselamatan manusia dan mempertahankan keseimbangan hidup berdampingan dengan alam liar.