OHAYOJEPANG - Guru sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Jepang kembali mencatat jam kerja terpanjang di dunia berdasarkan hasil survei terbaru Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) tahun 2024.
Temuan ini menyoroti tantangan yang terus dihadapi Jepang dalam mengatasi beban kerja berlebih di kalangan pendidik.
Walau, berbagai kebijakan reformasi telah dilakukan oleh pemerintah.
Survei internasional bertajuk Teaching and Learning International Survey (TALIS) ini merupakan kegiatan rutin OECD yang digelar setiap lima hingga enam tahun sekali.
Melansir Kyodo News (7/10/2025), Jepang telah berpartisipasi sejak tahun 2013 untuk tingkat sekolah dasar dan sejak 2018 untuk tingkat sekolah menengah pertama.
Hasilnya menunjukkan bahwa guru di Jepang tetap menempati peringkat pertama dalam hal jam kerja dibandingkan negara dan wilayah lain yang ikut serta dalam survei tersebut.
Temuan ini sekaligus memperlihatkan bahwa meskipun ada sedikit perbaikan, masalah jam kerja panjang di sektor pendidikan Jepang masih belum sepenuhnya terselesaikan.
Baca juga:
Berdasarkan data survei TALIS 2024, guru SD di Jepang bekerja rata-rata 52,1 jam per minggu.
Angka ini merupakan yang tertinggi di antara 16 negara dan wilayah yang mengikuti survei.
Guru SMP di Jepang bahkan memiliki jam kerja lebih panjang, yaitu 55,1 jam per minggu, menjadikannya yang tertinggi di antara 55 negara dan wilayah peserta survei.
Sebagai pembanding, rata-rata jam kerja guru di negara-negara dan wilayah yang disurvei hanya 40,4 jam per minggu untuk tingkat SD dan 41 jam untuk tingkat SMP.
Angka tersebut menunjukkan bahwa jam kerja guru di Jepang masih jauh di atas rata-rata internasional, meskipun mengalami penurunan sekitar empat jam dibandingkan survei sebelumnya pada tahun 2018.
Penurunan ini terjadi berkat upaya Kementerian Pendidikan Jepang dalam mendorong reformasi gaya kerja, termasuk memperjelas jenis tugas administratif yang tidak seharusnya dibebankan kepada guru.
Upaya ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk memperbaiki keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi di sektor pendidikan, yang selama ini dikenal memiliki beban kerja tinggi.
Survei OECD di Jepang dilakukan pada Februari hingga Maret 2024 dengan melibatkan 6.914 guru dan 402 kepala sekolah dari 403 sekolah dasar dan menengah pertama.
Dari hasil survei tersebut, rata-rata waktu mengajar guru SD tercatat 23,2 jam per minggu, sedangkan guru SMP mengajar sekitar 17,8 jam per minggu.
Sementara waktu yang dihabiskan untuk berkomunikasi dengan orangtua murid relatif singkat, hanya sekitar 1,4 jam per minggu untuk kedua jenjang pendidikan, lebih rendah dibandingkan rata-rata internasional.
Namun, sebagian besar waktu guru masih tersita untuk tugas administratif dan kegiatan manajemen sekolah yang cukup menyita tenaga.
Jam kerja untuk kegiatan klub sekolah juga masih tinggi, meskipun telah menurun karena sebagian aktivitas kini dipindahkan ke program berbasis komunitas.
Kepala sekolah yang menjadi responden survei juga melaporkan meningkatnya tekanan dari beban administrasi, tuntutan orangtua, dan kekurangan staf pengajar di sekolah.
Sejak Jepang mulai berpartisipasi dalam survei OECD, beban kerja panjang ini terus menjadi isu utama dalam dunia pendidikan di negara tersebut.
Pemerintah berupaya merespons dengan berbagai kebijakan untuk mengurangi tekanan terhadap para guru.
Sebagai bagian dari rencana jangka panjang, pemerintah Jepang menargetkan pemangkasan rata-rata jam lembur guru menjadi maksimal 30 jam per bulan pada tahun fiskal 2029.
Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik, mengurangi tingkat stres, dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi para guru di Jepang.
© Kyodo News