Sebagai pembanding, rata-rata jam kerja guru di negara-negara dan wilayah yang disurvei hanya 40,4 jam per minggu untuk tingkat SD dan 41 jam untuk tingkat SMP.
Angka tersebut menunjukkan bahwa jam kerja guru di Jepang masih jauh di atas rata-rata internasional, meskipun mengalami penurunan sekitar empat jam dibandingkan survei sebelumnya pada tahun 2018.
Penurunan ini terjadi berkat upaya Kementerian Pendidikan Jepang dalam mendorong reformasi gaya kerja, termasuk memperjelas jenis tugas administratif yang tidak seharusnya dibebankan kepada guru.
Upaya ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk memperbaiki keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi di sektor pendidikan, yang selama ini dikenal memiliki beban kerja tinggi.
Survei OECD di Jepang dilakukan pada Februari hingga Maret 2024 dengan melibatkan 6.914 guru dan 402 kepala sekolah dari 403 sekolah dasar dan menengah pertama.
Dari hasil survei tersebut, rata-rata waktu mengajar guru SD tercatat 23,2 jam per minggu, sedangkan guru SMP mengajar sekitar 17,8 jam per minggu.
Sementara waktu yang dihabiskan untuk berkomunikasi dengan orangtua murid relatif singkat, hanya sekitar 1,4 jam per minggu untuk kedua jenjang pendidikan, lebih rendah dibandingkan rata-rata internasional.
Namun, sebagian besar waktu guru masih tersita untuk tugas administratif dan kegiatan manajemen sekolah yang cukup menyita tenaga.
Jam kerja untuk kegiatan klub sekolah juga masih tinggi, meskipun telah menurun karena sebagian aktivitas kini dipindahkan ke program berbasis komunitas.
Kepala sekolah yang menjadi responden survei juga melaporkan meningkatnya tekanan dari beban administrasi, tuntutan orangtua, dan kekurangan staf pengajar di sekolah.